Bisnis.com, JAKARTA – Pengusaha produk kaca lembaran dan pengaman menyatakan lesunya penjualan otomotif memicu pelamahan kinerja industri.
Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) menyatakan walau kontribusi kaca pengaman otomotif tidak dominan, tetapi penurunan volume permintaan kaca pengaman memiliki efek domino ke seluruh industri kaca lembaran.
Saat inin produksi kaca pengaman otomotif berkontribusi sekitar 25% dari total produksi, sedangkan nilai penjualannya menopang 35% dari jumlah penjualan di pasar.
Ketua AKLP Yustinus Gunawan mengatakan harga kaca pengaman lebih tinggi dari kaca lembaran mengingat mutu yang dihasilkan lebih tinggi melalui proses tempering dan laminating. Oleh karena itu, performa industri otomotif berdampak signifikan ke industri kaca lembaran.
“Industri otomotif ditargetkan menjadi unggulan untuk ekspor dan bertindak sebagai lokomotif untuk ratusan industri komponen otomotif di dalam negeri,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/7/2019).
Yustinus mengatakan penurunan penjualan tersebut menyebabkan produsen kaca lokal terpaksa mengalihkan kaca lembaran untuk kaca pengaman menjadi kaca properti agar skala keekonomiannya tercapai.
Namun, pengalihan ke kaca properti juga menghadapi tantangan mengingat industri properti nasional sedang mengalami perlambatan dari awal tahun dan diprediksi berlanjut hingga tahun depan.
Survei Konsumen Bank Indonesia menunjukkan terdapat penurunan indeks dalam keyakinan konsumen dalam membangun atau membeli rumah selama 1 tahun mendatang. Penurunan indeks tersebut berpotensi menurunnya penyerapan kaca lembaran di dalam negeri mengingat sekitar 52,5% produksi industri kaca domestik diserap oleh sektor properti.
Kendati serapan kaca di dalam negeri berpotensi menurun, Yustinus menyatakan pabrik kaca Tanah Air tidak dapat menurunkan utilisasi mengingat karakteristik produksi kaca yang harus dilakukan terus menerus. Adapun, utilitas industri kaca nasional berada di sekitar level 90% dengan kapasitas terpasang mencapai 1,6 juta ton per tahun.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat produksi mobil pada Januari—Mei mengalami penurunan secara tahunan. Hal tersebut memiliki dampak yang beragam kepada industri pendukung produksi mobil.
Berdasar catatan Gaikindo, produksi mobil pada Mei turun 10,1% dari 114.699 unit pada periode yang sama tahun lalu menjadi 103.090 unit. Produksi mobil selama Januari—Mei terkoreksi 7,3% dari realisasi tahun lalu menjadi 522.938 unit.