Martin Hofler, Sustainability Development Manager Bord Bia, menjelaskan bahwa program Origin Green yang dirilis pemerintah pada 2012 jika dilakukan dengan benar bisa meningkatkan produksi pertanian Irlandia beberapa kali lipat dibandingkan dengan sebelumnya.
Peningkatan produksi dapat berdampak pada naiknya nilai ekspor, yang pada 2025 Irlandia menetapkan target ekspor nasional mencapai 19 miliar euro.
Angka tersebut melonjak 35,71% dibandingkan dengan realisasi ekspor pada 2018 sebesar 14 miliar euro. Dari total ekspor tersebut, kontribusi di sektor pertanian Irlandia hingga saat ini berkisar 10%.
Hofler menjelaskan, Origin Green adalah salah satu mata rantai pendorong ekspor produk pangan sehingga dibutuhkan perhatian serius dalam manajemen rantai pasokan yang berkesinambungan. Ini dilakukan mulai dari hulu (farm level), antara (manufacturing level) hingga ke hilir (retail and food service level).
Menurutnya, pola produksi di industri makanan global telah berubah seiring dengan meningkatnya populasi dunia, perubahan iklim, dan kritik dari LSM lingkungan. Oleh karena itu, kesadaran konsumen terkait dengan proses produksi makanan yang berkesinambungan pun cenderung terus meningkat.
“Konsumen semakin memperhatikan bagaimana industri melakukan proses pengemasan yang ramah lingkungan, kontrol penggunaan pestisida, antibiotik, health concern, pengelolaan food waste, bahan pangan organik, transparansi perusahaan, hingga aspek animal welfare,” ujarnya.
Saat ini, ujarnya, perusahaan makanan dan minuman (mamin) global seperti Kellogg’s, Nestle, Mars, Unilever, MacDonalds, Coca Cola, Barry Callebaut, Diageo, hingga Starbucks, tetap menggantungkan bahan baku mamin dari para petani dan peternak untuk produksi mereka.
Jika proses produksi di tingkat on farm tidak memenuhi standar pengelolaan pangan yang berkelanjutan, lanjutnya, akan sangat menyulitkan posisi mereka sendiri karena perusahaan mamin terikat oleh nama baik dan kelangsungan brand yang mereka pasarkan.
Di Irlandia, tuturnya, penilaian standar keberlanjutan tingkat on farm lebih kompleks karena meliputi sejumlah aspek seperti konsumsi energi, tingkat emisi pertanian, pengelolaan air bersih.
Penggunaan sumber keanekaragaman hayati (biodiversity) juga menjadi alat ukur, termasuk traceability peternakan, dampak sosial ekonomi masyarakat, kesejahteraan, kesehatan hewan, dan keamanan pangan.
Dia memaparkan, Irlandia membentuk Komite Penasehat Teknis untuk memonitor dan mengatur urusan pangan. Komite ini terdiri dari sejumlah unsur seperti Bord Bia, Teagasc, Departemen Pertanian, Pangan, dan Kelautan, Otoritas Keamanan Pangan, termasuk dari unsur industri dan para peternak.
Bisnis sempat melihat aktivitas di salah satu lahan peternakan sapi di O’Loughlin Farm, County Kildare, Kota Cork, Irlandia. Lahan ini dikelola puluhan tahun secara turun temurun oleh keluarga petani setempat.
Total lahan peternakan tersebut mencapai 116 hektare (ha). Dengan luas area milking 68 ha, peternakan ini dihuni sekitar 200 sapi perah. Kini, para peternak di sana telah merintis prinsip-prinsip Origin Green yang terus dipantau dan dievaluasi secara berkala oleh Komite.
Hasil evaluasi Komite per Februari 2019 menyatakan bahwa usaha peternak dalam mengurangi emisi karbon terus mengalami improvisasi. Kondisi pencernaan hewan membaik sehingga ukuran sapi meningkat 14% dan produksi tumbuh 21% dibandingkan dengan penilaian Komite pada Agustus 2017.
Sementara itu, penggunaan pupuk kimia untuk produksi rumput berkurang dari 25% menjadi 22%. Pupuk kimia diganti dengan pemanfaatan urea untuk meningkatkan unsur nitrogen (N) secara efisien. Adapun, 70% penggunaan pupuk dilakukan pada saat musim semi.
Dari sisi produksi makanan dan konsentrat, pemberian makanan konsentrat semakin efisien dengan rerata 4,8 kg per hari dari batas maksimum 6 kg per hari. Sementara itu, standar rata-rata yang ditetapkan Sustainable Dairy Assurance Scheme (SDAS) Bord Bia mencapai 3,3 kg per sapi per hari.
Adapun, dari sisi performa genetik, hasil padatan susu (milk solids yield) terus meningkat dari 476 kg per sapi pada 2014 menjadi 514 kg per sapi pada 2018.