Bisnis.com, JAKARTA -- Penurunan volume muatan menjadi persoalan yang membuat usaha pelayaran rakyat tidak prospektif. Problem itu menjadi salah satu dari 13 permasalahan yang melingkupi pelra berdasarkan temuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Peneliti Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI Sudiyono mengatakan pelayaran rakyat (pelra) kalah bersaing dengan kapal modern yang lebih cepat, keamanan dan keselamatan yang lebih terjamin, bermuatan banyak, lebih murah, serta lebih nyaman.
"Alternatif solusinya adalah perlu adanya kuota angkutan [muatan] untuk melindungi pelayaran rakyat," katanya dalam focus group discussion bertema Revitalisasi Pelayaran Rakyat, Selasa (3/9/2019).
Akibat kekurangan muatan, muncul masalah kedua, yakni usaha pelra menjadi tidak prospektif. Implikasinya, generasi muda tidak tertarik karena bekerja di sektor pelra dianggap tidak menjanjikan peningkatan kesejahteraan lagi.
Sudiyono menyampaikan perlunya alternatif solusi, seperti penguatan lembaga komunitas pertukangan kapal rakyat dengan perlindungan aturan perundangan, pemberian subsidi atau kemudahan mengakses permodalan, bantuan alat kerja, dan bantuan perbaikan galangan kapal rakyat.
Ketua Umum DPP Pelayaran Rakyat Indonesia (Pelra) Sudirman Abdullah mengatakan pelra memang berharap pemerintah menyediakan muatan.
Baca Juga
"Seperti pupuk dan barang-barang yang diproduksi BUMN lainnya, seperti Bulog. Dulu kami mengangkut barang-barang semacam itu," katanya.
Menurut dia, penyusutan jumlah armada Pelra selama ini sangat dipengaruhi oleh kesulitan mendapatkan muatan. Pemilik kapal harus menunggu satu hingga dua bulan agar muatan penuh sehingga menutup biaya pengangkutan.