Bisnis.com, JAKARTA - Produksi kapal logistik Tol Laut PT Pelayaran Indonesia (Persero) atau Pelni mencapai 86.023 TEUs selama periode 2015 hingga Juni 2025.
Direktur Utama Pelni, Tri Andayani menjelaskan bahwa perseroan saat ini memiliki 8 dari 39 trayek Tol Laut atau ekuivalen sebesar 20%, dengan kontribusi sekitar 40% dari total muatan.
"Sehingga bisa disimpulkan bahwa kapal logistik [Tol Laut] yang dioperasionalkan Pelni sangat efektif," ujarnya di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Adapun, saat ini Pelni mengoperasikan 9 kapal logistik yang terdiri atas 6 kapal milik sendiri dan 3 milik Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Pengoperasian kapal logistik tersebut menjadi bagian dari kerja sama Penugasan Kapal Logistik PT Pelni atau yang biasa disebut Tol Laut.
Sumber: Pelni
Meskipun menorehkan kinerja yang baik, Tri tak memungkiri Pelni mengalami beberapa kendala dalam menjalankan mendistribusikan logistik ke pelosok Tanah Air.
Baca Juga
"Cuaca itu jelas. Artinya kalau ada keterlambatan itu lebih dikarenakan faktor cuaca," ujarnya.
Kendala lainnya yang bisa menyebabkan keterlambatan, sambungnya, adalah terkait sarana prasarana yang belum mumpuni di pelabuhan daerah tertinggal, terluar, terdepan, dan perbatasan (3TP).
"Misalnya ketersediaan crane, truk yang sangat memengaruhi waktu bongkar muat dari kapal-kapal penugasan logistik ini," imbuhnya.
Turunkan Harga Bahan Pokok dan Penting di Pelosok
Tri Andayani juga membeberkan dampak signifikan pengoperasian kapal logistik Tol Laut terhadap penurunan harga barang pokok dan penting, terutama di wilayah 3TP.
"Di Indonesia Timur kehadiran kapal logistik memberikan dampak penurunan harga 15-45 persen," katanya.
Adapun, penurunan harga di Indonesia Timur mencapai 15-45% untuk beras, minyak goreng, tepung, daging ayam, daging sapi, bawang merah, kedelai, dan cabai rawit. Kemudian, harga semen, pupuk, besi baja, triplek, dan gas LPG juga menurun hingga 35%.
"Penurunan harga ini semakin ke timur itu semakin besar penurunannya. Dan itu bisa dilihat di data di dinas perdagangan [setempat] untuk jalur-jalur trayek yang kami lalui atau kami lewati. Juga ada di BPS [Badan Pusat Statistik]," ujarnya.
Sementara itu, harga bahan pokok dan penting di wilayah Indonesia Tengah menurun 10-30%, sedangkan pupuk dan bahan konstruksi turun hingga 30%.