Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah risiko dan tantangan dihadapi Indonesia dalam usaha mempertahankan angka pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5%.
Dalam laporan bertajuk “East Asia dan Pacific Economic Update October 2019: Weathering Growing Risk” yang diluncurkan oleh Bank Dunia pada Kamis (10/10/2019), pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan untuk terus tumbuh dengan capaian sebesar 5,1% pada 2020 dan 5,2% pada 2021. Meski demikian, Bank Dunia menekankan sejumlah tantangan yang akan dihadapi Indonesia pada tahun depan.
Salah satunya adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Tensi perang dagang yang kembali memanas dengan ancaman tindakan balasan China terhadap kebijakan Amerika Serikat (AS) akan berpengaruh terhadap peningkatan risiko perdagangan dunia dan proyeksi pertumbuhan ekonomi China.
Eskalasi tersebut secara langsung akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi di kawasan serta harga komoditas, dan dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, kondisi tersebut juga berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan karena pendapatan dari sektor ekspor mengalami kontraksi.
Di tengah perang dagang yang bergejolak, ekspor diproyeksikan mengalami pertumbuhan negatif dengan capaian sebesar -1% pada 2019 dan diproyeksikan akan kembali tumbuh pada 2020 dan 2021 dengan pertumbuhan sebesar 1,5%dan 2,8%.
Selain itu, nilai mata uang emerging market, termasuk Indonesia, yang pulih pada tahun lalu juga kembali terancam. Hal tersebut karena investor akan kembali menyeimbangkan portfolionya dengan aset-aset safe haven seperti US Treasury.
Baca Juga
Imbal hasil obligasi yang lebih tinggi diikuti dengan naiknya biaya pinjaman akan berpengaruh terhadap situasi kredit yang akhir-akhir ini mengalami pemulihan. Dalam jangka panjang, hal tersebut juga akan mempengaruhi nilai investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Tantangan lain yang harus dihadapi Indonesia adalah mengurangi kesenjangan. Berdasarkan data dari Bank Dunia, dalam rentang waktu Maret 2018 hingga Maret 2019, 28 provinsi di Indonesia sukses mengurangi angka kemiskinan.
Sementara, enam provinsi lain menunjukkan tren kenaikan angka kemiskinan. Fenomena ini terutama terjadi pada bagian timur Indonesia. Provinsi Papua merupakan wilayah dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia dengan 27,5%, terpaut jauh dengan Jakarta sebagai provinsi dengan angka kemiskinan terendah, yakni 3,5%.