Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Oktober 2019 diprediksi defisit akibat melemahnya harga komoditas.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan neraca perdagangan pada bulan Oktober diperkirakan akan kembali defisit US$243juta. Dia memerinci defisit ini akan lebih tinggi dibandingkan defisit pada periode sebelumnya sebesar US$161juta.
"Melebarnya defisit ini diperkirakan diakibatkan oleh masih berkontraksinya performa ekspor Indonesia, yang mana diperkirakan sebesar -8.38% (yoy)," kata Josua kepada Bisnis, Kamis (14/11/2019).
Sementara itu, performa impor juga menurut Josua masih berkontraksi, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar -16.21% (yoy).
Penurunan ekspor ini utamanya disebabkan oleh penurunan harga batu bara yang masih mengalami penurunan sebesar 4.50% dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, volume dari ekspor mungkin akan sedikit mengalami penurunan mengingat indeks manufaktur dari rekan dagang Indonesia seperti China, Eropa, dan AS cenderung mengalami peningkatan tipis.
Baca Juga
Adapun Jepang, selaku trading partner Indonesia lainnya, justru mengalami penurunan signifikan. Dari sisi impor, diperkirakan impor akan cenderung tidak banyak berubah dari bulan lalu.
Hal ini akibat dari adanya kenaikan harga minyak, yang mana mendorong kenaikan impor migas secara bulanan. Imbasnya kemudian akan tertutupi oleh kontraksi dari impor non-migas akibat industri manufaktur Indonesia yang masih belum pulih, ditandai oleh penurunan Prompt Manufacturing Indonesia.
Terkait proyeksi pada dampaknya ke pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2019, Josua masih memprakirakan pesimisme akan tumbuh lebih baik dari kuartal III.
Pasalnya, jika laju impor melambat lebih lebih besar dibandingkan ekspor, maka kinerja net ekspor diperkirakan akan berkontribusi kecil pada perekonomian kuartal IV/2019.
"Dimana kondisi tersebut terjadi pada perekonomian kuartal III/2019," jelas Josua.
Namun apabila ekspor terkontraksi lebih besar dibandingkan impor, Josua menyatakan net ekspor diperkirakan akan berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional.