Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Guru Besar UGM : Perhatikan 5 Hal Ini Setelah Covid-19 Berakhir

Hampir semua think tank memberi tantangan untuk mencari sebuah pendekatan baru atau protokol baru setelah Covid-19.
Rangkaian gerbong kereta MRT terpakir di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rangkaian gerbong kereta MRT terpakir di Depo MRT Lebak Bulus, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Guru Besar Transportasi Universitas Gadjah Mada Danang Parikesit mengungkapkan bahwa diperlukan upaya untuk mencari ekuilibrium baru untuk mobilitas setelah Covid-19 berlalu.

Danang mengatakan bahwa cara pandang tentang mobilitas ke depan perlu diubah, diperlukan kombinasi antara mobilitas secara fisik (physical mobility) dan virtual (virtual mobility).

Jika mengutip dari beberapa laporan, Danang mengatakan bahwa hampir semua think tank memberi tantangan untuk mencari sebuah pendekatan baru atau protokol baru.

Menurutnya ada lima hal yang perlu diperhatikan. Pertama, munculnya konsep sanitized travel.

"Ini sudah banyak dibahas terutama di airline, mencakup banyak hal, protokol, teknologi, implikasi cost of travel in the short barrier pasti akan meningkat sekitar 30 persen terkait protokol baru," jelasnya dalam siskusi daring INSTRAN, Minggu (10/5/2020).

Kedua, perubahan cara bekerja, integrasi mobilitas fisik dan virtual. Namun, menurutnya, tidak semuanya bisa disubstitusi sehingga diperlukan protokol termasuk soal kesehatan.

Ketiga, meningkatnya kesetiakawanan sosial menjadi potensi yang bisa dikembangkan. Apalagi, katanya, tranportasi publik juga memiliki konsep besar terkait sosial keadlian.

Keempat, pentingnya komunikasi publik yang efektif. Danang mengatakan bahwa semua pihak mengalami kegamangan dan mempunyai tantangan untuk melakukan komunikasi yang efektif terkait isu kritis ini.

Kelima, kehadiran permintah dalam pelayanan transportasi makin diperlukan untuk mitigasi risiko bisnis.

"Ada risiko bisnis baru, adanya protokol pembatasan kapasitas penumpang hampir 50 persen. Implikasi tidak hanya berhenti pada transportasi, tetapi juga sektor pelayananan publik bertambah," jelasnya.

Menurut Danang yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Kementerian PUPR itu, ada risiko bisnis perlu asuransi risiko kesehatan dan risiko kesehatan di isu transportasi. Selama ini, ada keselamatan dan keramahtamahan (hospitality), tetapi di tengah itu diperlukan save dan sanitize travel.

"Sanitize travel jadi risiko bisnis baru dalam penetapan tarif," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Agne Yasa
Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper