Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) memberlakukan sistem pemesanan antrean secara daring bagi penumpang KRL dinilai tak cukup efektif mengurai kepadatan di stasiun utama dengan melihat karakteristik penumpang yang mayoritas merupakan pekerja kelas bawah.
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan tak semua penumpang KRL menggunakan smartphone atau ponsel pintar dan masih banyak yang menggunakan ponsel atau telepon seluler biasa.
“Yang tidak memiliki smartphone atau data tentunya mereka golongan sosial yang kurang mampu makanya naik [KRL] Commuter Line yang murah,” jelasnya, Kamis (30/7/2020).
Selain itu, Deddy menjelaskan jika penumpang ini nantinya tidak bisa naik KRL dan harus naik bus dari Bogor menuju Jakarta tarifnya menjadi mahal. Apalagi, untuk buruh harian hal ini memberatkan karena tarifnya tiga kali lipat dari KRL.
Penumpang bus umum, lanjutnya, juga mesti turun di terminal Kampung Rambutan dan tidak bisa langsung berada di tengah kota. Pengguna antrean daring tersebut dikhawatirkan hanya dari kalangan masyarakat mampu, bukan secara keseluruhan.
Saat ini PT Kereta Commuter Indonesia diketahui masih menguji coba sistem booking antrean stasiun secara daring.
Baca Juga
VP Corporate Communication KCI Anne Purba mengatakan fitur booking antrian daring ini tersedia di aplikasi KRL Access terbaru yang dirilis pihak KCI di Play Store dan AppStore. Untuk melakukan booking, terlebih dahulu pengguna mengunduh dahulu aplikasi KRL Access terbaru.
Adapun caranya setelah mengunduh, penumpang dapat memilih stasiun keberangkatan. Setelah stasiun dipilih maka akan muncul pilihan jam keberangkatan serta ketersediaan antrian.