Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) [pun telah] menyusun sejumlah strategi guna menghadapi transformasi ketenagakerjaan sebagai efek Revolusi Industri 4.0 dan pandemi virus corona (Covid-19).
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan kementerian telah menyiapkan strategi agar dapat berperan dalam proses link & match pasar kerja melalui pelatihan vokasi yang dilakukan.
"Saat ini, Kemenaker menyusun dasar kebijakan yang disesuaikan dengan munculnya peluang usaha yang muncul di era pandemi," ujar Ida dalam acara Rapat Kerja dan Konsultasi Nasional (Rakokernas) Apindo 2020, Rabu (12/8/2020).
Adapun, terdapat 6 strategi yang disiapkan Kemenaker, antara lain; pertama, analisis dinamika permintaan dan penawaran di sektor ketenagakerjaan akibat Covid-19; kedua, penyiapan kompetensi-kompetensi baru melalui pelatihan kerja dengan kebijakan triple skilling, yakni skilling, re-skilling, dan up-skilling.
Ketiga, mengoptimalkan proses pemagangan untuk menambah pengalaman kerja; keempat, peningkatan soft skill dan produktivitas pekerja; kelima, melakukan re-design kurikulum dan metode dengan pendekatan human digital dan metode blended training.
Keenam, mengoptimalkan proses kolaborasi antara dunia industri, lembaga diklat, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) serta asosiasi lain untuk mengidentifikasi kebutuhan kompetensi.
Baca Juga
Kementerian juga melakukan transformasi Balai Latihan Kerja (BLK) melalui reformasi kelembagaan, revitalisasi sarana dan fasilitas, redesain substansi pelatihan, dan rebranding persepsi.
Menurut Ida, terdapat jarak antara kondisi eksisting dan kondisi ideal dari keempat hal tersebut. Dalam kondisi eksisting, BLK Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) baru tersebar di 15 provinsi, sedangkan target pemerintah adalah 34 provinsi di Tanah Air sehingga koordinasi antara pusat dan daerah di Indonesia dapat terlaksana dengan mudah.
Selain itu, kondisi sarana dan fasilitas BLK saat ini belum up to date, sehingga mesti disesuaikan dengan zaman dan adaptif dengan keperluan lokal dan teknologi global.
Beberapa hal lain yang masih menjadi kesenjangan antara kondisi BLK saat ini dan kondisi ideal adalah pemanfaatan teknologi yang belum ideal sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal dalam pelatihan. Kemudian, perlunya penguatan jejaring dengan industri, khususnya UMKM, serta program pemagangan ke beberapa negara dengan produktivitas tinggi, seperti Selandia Baru, Qatar, dan Jerman.
Adapun, strategi yang akan dijalankan Kemenaker menyasar tiga hal, yakni tenaga kerja yang belum bekerja, pekerja atau buruh eksisting, dan pekerja atau buruh yang mengalami PHK.