Bisnis.com, JAKARTA – PFestival belanja global 11.11 yang diselenggarakan oleh Alibaba Group Holding Limited dinilai tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kegiatan ekonomi di Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa hal ini dikarenakan, karena masih sedikitnya produk Indonesia yang diperjualbelikan oleh e-commerce di China.
“Kecil dampaknya, dan jadi tidak signifikan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (11/11/2020).
Selain itu, Indonesia juga tidak masuk dalam negara yag berpartisipasi sehingga tidak akan memberikan dampak yang signifikan.
Menurut catatan Bisnis, Alibaba Group pada Festival Belanja Global 11.11 tahun ini mencatatkan total volume transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) melebihi Rp 795,6 triliun dan juga diikuti dengan jumlah pesanan produk sebanyak 583.000 per detik.
Adapun untuk negara yang berpartisipasi pada agenda Festival Belanja Global 11.11 ini diikuti oleh China, Amerika Serikat [AS], Spanyol, Australia, Korea, Malaysia, Rusia, Perancis, Singapura, Jepang, dan Kanada.
Baca Juga
Bhima pun melanjutkan bahwa para e-commerce yang menjual produk-produk Tanah Air yang justru memberikan dampak. Menurutnya, hari belanja nasional (harbolnas) dapat mendorong belanja kelas menengah dan atas.
“Secara total konsumsi rumah tangga kelompok menengah dan atas mencapai 83 persen dari total konsumsi nasional, apalagi di tengah perubahan perilaku konsumen untuk lebih banyak konsumsi barang secara daring,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pandemi membuat pertumbuhan e-commerce di Indonesia meningkat hingga 31 persen berdasarkan data Wearesocial.
Namun, dia menyebutkan bahwa tahun ini ada yang menjadi catatan, yaitu untuk kelas menengah ke bawah, daya beli masih rendah sehingga kemampuan beli barang secara daring meskipun ada diskon tidak setinggi tahun lalu.
“Share dari e-commerce terhadap total ritel meskipun naik tapi baru di angka 5 persen. Artinya masyarakat masih dominan belanja di pasar tradisional, supermarket, dan minimarket," ujarnya.
Selain itu, dia melihat bahwa masalah lain adalah keterlibatan UMKM masih terbatas, yaitu baru 13 persen UMKM yang bergabung ke platform digital.
"Sisanya masih andalkan cara-cara pemasaran konvensional. e-commerce juga masih didominasi oleh barang impor, sehingga dampak ke ekonomi nasional masih terbatas,” kata Bhima.