Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri di Tanah Air menyambut potensi semakin luasnya pasar Afrika dengan pengesahan Kesepakatan Tarif Preferensial antara Indonesia dan Mozambik (IM-PTA).
Meski tak masuk jajaran mitra dagang utama, kerja sama ini diharapkan dapat mengoptimalisasi ekspor ke Afrika dan menambah daftar negara alternatif yang memasok bahan baku bagi industri.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman menyebutkan Mozambik berpeluang menjadi pemasok buah-buahan yang diperlukan industri makanan dan minuman. Dia menjelaskan bahwa sejauh ini bahan baku tersebut didominasi pasokan dari China.
“Namun ini akan tergantung pada kesiapan industri intermediate di sana apakah bisa menyiapkan produk olahan karena yang kita butuhkan bukan produk segar,” kata Adhi saat dihubungi, Jumat (11/12/2020).
Namun, pengesahan IM-PTA sendiri disebutnya menjadi pertanda baik karena bakal menambah negara yang bisa menjadi pemasok bahan baku. Selain itu, hal ini juga bisa menambah peluang diperluasnya ekspor produk makanan dan minuman olahan ke kawasan Afrika.
“Kesulitan kita untuk mengekspor ke Afrika bukan mutu melainkan tarif yang tinggi, di atas 10 persen. Kami lihat peluangnya besar karena bisa menjadi jembatan ke kawasan lain,” katanya.
Baca Juga
Kesepakatan dengan Mozambik akan menjadi perjanjian dagang pertama yang dijalin Indonesia dengan negara Afrika. Meski sifatnya sederhana, yakni berupa tarif preferensi, tetapi Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa PTA dengan Mozambik memiliki urgensi tinggi di tengah berkembangnya perekonomian negara tersebut.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyebutkan Mozambik tengah mengembangkan infrastruktur guna mendukung perannya sebagai hub di kawasan Afrika bagian timur dan selatan. Tarif yang turun menurutnya bisa menambah daya saing produk Indonesia di Mozambik dan kawasan sekitar.
"Mozambik memiliki perjanjian dagang dengan negara di sekitarnya sehingga mereka bisa menjadi hub bagi ekspor Indonesia," kata Agus dalam konferensi pers, Jumat (11/12/2020).
Pemberian tarif preferensi bagi Mozambik pun disebut bisa memperkuat industri dalam negeri. Agus mengatakan Mozambik bisa menjadi pemasok sejumlah komoditas yang diperlukan industri seperti kapas untuk industri tekstil, kacang-kacangan untuk industri makanan dan minuman, serta biji alumunium.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta mengatakan Mozambik bukanlah pemasok utama kapas bagi Indonesia.
Sebagian besar kapas telah dipasok oleh Amerika Serikat dan Australia. Selain itu, tarif most favoured nations (MFN) pun dia sebut sudah mencapai 0 persen.
“Saya justru khawatir yang masuk dalam kesepakatan FTA adalah garmen, seperti yang kami khawatirkan dari perundingan perdagangan dengan Bangladesh,” kata Redma.
Mengenai akses pasar, Redma menyebutkan hambatan utama perdagangan Indonesia dengan negara Afrika sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh infrastruktur pembayaran yang belum mendukung. Dia menyebutkan hal inilah yang membuat pelaku usaha asal Afrika lebih memilih untuk berkunjung langsung ke Indonesia untuk transaksi.
“Memang pasar Afrika bisa menjadi alternatif tujuan ekspor. Tetapi hambatannya ada di pembayaran antarbisnis,” kata dia.
Dengan PTA, Mozambik akan memberikan preferensi tarif untuk 217 pos tarif produk asal Indonesia. Sementara Indonesia akan memberikan preferensi tarif pada 242 pos tarif. Adapun produk asal Mozambik yang dikomitmenkan mencakup kapas, kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan biji aluminium.
PTA ini pun diperkirakan akan mengerek ekspor Indonesia dalam lima tahun ke depan. Ekspor Indonesia diproyeksikan naik menjadi US$257 juta atau surplus US$177 juta.