Bisnis.com, JAKARTA - Departemen Keamanan Dalam Negeri memperingatkan perusahaan-perusahaan AS agar tidak menggunakan layanan data dan peralatan dari perusahaan yang terkait dengan China karena alasan keamanan siber dan risiko lainnya.
"Sudah terlalu lama, jaringan dan data AS telah terpapar ancaman dunia maya yang berbasis di China yang menggunakan data tersebut untuk memberi perusahaan China keunggulan kompetitif yang tidak adil di pasar global," kata Plt. Menteri Keamanan Dalam Negeri Chad Wolf dalam sebuah surat yang dirilis pada Selasa malam dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/12/2020).
“Praktik yang memberi pemerintah RRC [Republik Rakyat China] akses tidak sah ke data sensitif - baik pribadi maupun kepemilikan - menempatkan ekonomi dan bisnis AS pada risiko langsung untuk dieksploitasi. Kami mendesak bisnis untuk berhati-hati sebelum menandatangani perjanjian apa pun dengan perusahaan yang terkait dengan RRC,” lanjut Wolf.
Nasihat itu dikeluarkan ketika pemerintahan Trump, dalam minggu-minggu terakhirnya, telah memberlakukan hukuman lebih lanjut kepada perusahaan-perusahaan China di tengah terus memburuknya hubungan antara kedua negara. Itu juga terjadi ketika lembaga dan perusahaan pemerintah AS masih mencoba menilai kerusakan dari operasi peretasan besar-besaran yang dituduhkan oleh pejabat tinggi Amerika pada Rusia.
Presiden Donald Trump, bagaimanapun, telah meremehkan tingkat keparahan serangan itu dan menyarankan bahwa China mungkin berada di belakangnya.
Penasihat DHS tidak membahas serangan baru-baru ini dalam pembahasannya tentang risiko terkait data yang dihadapi bisnis Amerika sebagai akibat dari tindakan Republik Rakyat China.
Baca Juga
"Tindakan pengumpulan data RRC mengakibatkan banyak risiko bagi bisnis dan pelanggan AS, termasuk pencurian rahasia dagang, kekayaan intelektual, dan informasi bisnis rahasia lainnya," tulis penulis penasihat tersebut.