Bisnis.com, JAKARTA – Daya beli masyarakat akan menjadi penentu utama kinerja perdagangan dalam negeri pada 2021. Selama pandemi belum tertanggulangi, target pertumbuhan sektor perdagangan dalam negeri diyakini belum akan bertenaga.
“Perdagangan dalam negeri ini ditentukan oleh pembeli. Sementara saat ini daya beli konsumen turun selama pandemi berlangsung,” kata Peneliti Senior Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah saat dihubungi, Minggu (17/1/2021).
Piter menilai target pertumbuhan perdagangan besar dan eceran yang mencapai 4,8 persen serta kontribusi konsumsi produk domestik yang mencapai 94,3 persen menjadi suatu hal yang tidak realistis dengan asumsi pandemi tak kunjung tertangani.
Dia mengatakan kondisi perdagangan luar negeri justru bisa lebih baik dibandingkan dengan perdagangan domestik.
“Saya perkirakan perekonomian akan lebih banyak didukung perdagangan luar negeri, bukan domestik. Ada peluang di sini karena meski ada pandemi, ekspor masih menunjukkan performa yang baik,” lanjutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor Indonesia terbilang cukup positif meski diterpa pandemi. Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2020 mencapai US$163,31 miliar atau menurun 2,61 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, demikian juga ekspor nonmigas yang mencapai US$155,00 miliar atau menurun 0,57 persen.
Baca Juga
Penurunan ekspor sendiri tidak sedalam penurunan impor yang sepanjang Januari–Desember 2020 mencapai US$141,57 miliar atau turun 17,34 persen. Sementara impor nonmigas mencapai US$127,31 miliar atau terkoreksi 14,78 persen dibandingkan dengan 2019.
Piter mengatakan pemulihan ekonomi nasional tetap akan bergantung pada penanggulangan pandemi. Meski vaksinasi telah dimulai, menurutnya dampak yang akan dirasakan tidaklah instan dan membutuhkan waktu yang panjang.
“Tidak ada jaminan bahwa pandemi akan selesai pada awal tahun ini. Vaksinasi membutuhkan waktu yang panjang. Dengan demikian perdagangan domestik akan mengikuti,” kata Piter.