Bisnis.com, JAKARTA - BPPT menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya IV yang dilengkapi peralatan canggih untuk misi pencarian keberadaan VM Nur Allya. Bagaimana hasilnya?
Keterlibatan KR Baruna Jaya IV itu didasarkan pada surat permintaan KNKT kepada BPPT No. IK.102/1/24 KNKT 2020 tentang survei dan investigasi keberadaan Kapal MV. Nur Allya, yang tenggelam di Perairan Halmahera, Maluku Utara pada 21 Agustus 2019.
BPPT menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya IV / BJ IV, bersama kru dan tenaga ahli serta didampingi tenaga ahli KNKT dan juga perwakilan PT Gurita Lintas Samudera guna melakukan survei investigasi keberadaan MV Nur Allya mulai 14 Agustus sampai dengan 4 September 2020, atau selama 22 hari layar.
Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan bahwa dalam misi pencarian Kapal Nur Allya tersebut, BPPT telah melibatkan Balai Teknologi Survei Kelautan dengan mengerahkan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya IV yang dilengkapi dengan peralatan canggih yang dibutuhkan dalam operasi SAR.
"Tentunya dengan SDM yang berpengalaman dalam melaksanakan misi kemanusian dan investigasi hilangnya Kapal MV Nur Allya," ," katanya seperti dikutip dalam keterangan pers BPPT, Minggu (7/2/2021).
Kapal Riset Baruna Jaya IV mulai beroperasi dan melakukan pencarian berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilaksanakan KNKT dan Basarnas sebelumnya yaitu berupa data lokasi ditemukannya beberapa indikasi awal anomali kemagnetan dengan lingkungan disekitarnya yang ditangkap sebagai badan kapal yang terbuat dari logam.
Berikutnya, hasil metode Multi Beam Echo Sounder (MBES). Berdasarkan data MBES ini ditemukan 8 objek pengamatan yang dianggap sebagai bangkai kapal MV Nur Allya yang tenggelam di perairan laut Halmahera. Namun dari 8 objek tersebut belum dapat memastikan keberadaan MV Nur Allya.
"Kami berharap, semoga apa yang telah kami upayakan bersama dengan KNKT ini sedikit banyak memberikan jawaban atas hilang kontaknya Kapal MV Nur Allya pada 21 Agustus 2019 lalu," pungkasnya.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menjelaskan bahwa dari hasil analisis kerusakan lifeboat, data AIS menunjukkan adanya signal EPIRB. Dari data hasil survei bawah air, keadaan laut yang cukup bergelombang dan khususnya data keadaan kadar air dari muatan pada nickle ore yang melebihi batas kadar air yang diizinkan dalam pengangkutan serta terjadinya hujan saat pemuatan itu dapat disimpulkan bahwa muatan Nur Allya mengalami likuifaksi.
Dari hasil analisis stabilitas yang telah dilakukan, tenggelamnya Nur Allya di Perairan Halmahera, Maluku Utara pada 21 Agustus 2019 diakibatkan Likuifaksi muatan nickel ore, dengan nilai momen likuifaksi 474.630,996 ton. jelasnya.
Kapal Baruna Jaya Cari Keberadaan MV Nur Allya. Ini Hasilnya
BPPT menurunkan Kapal Riset Baruna Jaya IV yang dilengkapi peralatan canggih untuk misi pencarian keberadaan VM Nur Allya. Bagaimana hasilnya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
4 jam yang lalu
Setelah GJTL, Giliran Saham ABMM Diborong Lo Kheng Hong
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
15 menit yang lalu
Bank Sentral Filipina Pangkas Suku Bunga jadi 5,75%
30 menit yang lalu