Bisnis.com, JAKARTA - Sebuah kapal terpaksa harus menunggu sembilan bulan di pelabuhan China sebelum akhirnya diizinkan membongkar kargo yang berisi batu bara Australia.
Penangguhan akibat perseteruan dagang antara China dan Australia menyebabkan lebih dari 70 kapal induk dan 1.400 pelaut terdampar.
Kapal Topas menjatuhkan jangkar di luar pelabuhan timur laut Jingtang pada Juni tahun lalu dan akhirnya melepaskan muatannya awal bulan ini. Informasi ini dikutip dari data pengiriman yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
Dari data tersebut diketahui masa tunggu Topas mencapai 269 hari. Waktu tunggu ini termasuk pengalihan kapal yang dilakukan ke Korea Selatan. Delapan kapal lain yang menunggu lebih dari 200 hari telah menurunkan muatan di pelabuhan China sejak 10 Februari 2021.
Bongkar muat yang direncanakan ditujukan untuk menunjukkan niat baik kepada negara-negara dengan pelaut yang terdampar, bukan melonggarkan larangan China atas batu bara Australia, menurut sumber Bloomberg.
Administrasi umum bea cukai China tidak menanggapi masalah ini dan tidak jelas apakah kargo batu bara tersebut sedang diproses oleh pihak berwenang atau disimpan di gudang.
Baca Juga
Para pelaut yang terdampar telah menjadi titik nyala antara Beijing dan negara asal pelaut karena organisasi maritim memperingatkan memburuknya kesehatan mental di antara kru yang terjebak di antara pihak berwenang yang tidak akan membiarkan mereka menurunkan kargo dan pembeli yang tidak mengizinkan mereka pergi.
Pada bulan Desember, empat pelaut di kapal dagang Anastasia bahkan melakukan percobaan bunuh diri, seperti dilansir oleh Sydney Morning Herald.
Pada bulan Januari, raja baja dari India Naveen Jindal menulis di Twitter bahwa ada krisis kemanusiaan karena 39 pelaut India yang terdampar dan bahwa dia siap untuk membeli batu bara di kapal-kapal ini jika dapat membantu membawa pulang para pelaut India tersebut.
Setidaknya 10 kapal yang membawa batu bara Australia yang berlabuh di China antara Juni dan Oktober dialihkan tahun ini dan dibuang di pelabuhan India, data pengiriman yang dikumpulkan oleh Bloomberg menunjukkan.
Sementara larangan batu bara Australia tidak pernah secara terbuka diakui oleh Beijing, pembangkit listrik dan pabrik baja China secara lisan diberitahu untuk berhenti menggunakan bahan bakar tersebut pada pertengahan Oktober lalu.
Pihak berwenang juga memerintahkan pedagang untuk menghentikan pembelian komoditas dari Negeri Kangguru tersebut, termasuk batu bara, mulai 6 November 2020.
Dua kapal lagi telah berlabuh di pelabuhan China bulan ini, meskipun mereka belum keluar, menurut data pengiriman yang diperoleh Bloomberg. Empat puluh enam kapal yang memuat batu bara Australia tetap menunggu di luar pelabuhan China.