Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi AS Melonjak pada Maret 2021, Tertinggi Sejak Tahun 2012

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,6 persen pada Maret dari bulan sebelumnya setelah kenaikan 0,4 persen.
Seorang pria bersama anjing peliharaannya berjalan di kawasan toko-toko mewah yang tutup akibat merebaknya Covid-19 di Jalan 5th, Manhattan, Kota New York, New York, Amerika Serikat, Senin (11/5/2020)./Antara-Reutersrn
Seorang pria bersama anjing peliharaannya berjalan di kawasan toko-toko mewah yang tutup akibat merebaknya Covid-19 di Jalan 5th, Manhattan, Kota New York, New York, Amerika Serikat, Senin (11/5/2020)./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat mencatat inflasi dengan laju tertinggi sejak 2012 pada bulan Maret 2021. Hal ini menambah bukti adanya tekanan inflasi yang meningkat karena ekonomi dibuka kembali dan naiknya permintaan.

Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (13/4/2021),Departemen Tenaga Kerja AS mencatat indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) naik 0,6 persen pada Maret dari bulan sebelumnya setelah kenaikan 0,4 persen. Ini merupakan laju tertinggi sejak Agustus 2012.

Lonjakan harga bensin menyumbang hampir 50 persen dari inflasi bulan Maret secara keseluruhan. Estimasi median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom sebelumnya memperkirakan inflasi sebesar 0,5 persen.

Sementara itu, CPI inti yang mengecualikan komponen makanan dan energi meningkat 0,3 persen dari bulan Februari, kenaikan terbesar dalam tujuh bulan dan mencerminkan kenaikan harga sewa dan asuransi mobil.

Dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2020, CPI bulan Maret naik 2,6 persen. Adapun CPI inti naik 1,6 persen secara year-on-year (yoy).

Perubahan dalam setahun terdistorsi oleh fenomena yang dikenal sebagai efek dasar. CPI, seperti banyak poin data ekonomi lainnya, turun pada awal pandemi di tengah lockdown dan penutupan bisnis. Jika dibandingkan dengan angka-angka yang tertekan tersebut, peningkatan yoy untuk bulan Maret hingga Mei akan tampak luar biasa besar.

Angka inflasi terbaru ini menambah perdebatan mengenai laju inflasi AS, terutama setelah data Departemen Tenaga Kerja minggu lalu yang menunjukkan lonjakan harga produsen yang lebih kuat dari perkiraan.

Beberapa analis dan ekonom berpendapat gelombang permintaan yang terpendam yang ditambahn dengan pengeluaran pemerintah senilai triliunan dolar AS akan memacu kenaikan inflasi yang berkelanjutan.

Sementara itu, pejabat Federal Reserve, termasuk Gubernur Jerome Powell, mengatakan setiap kenaikan harga yang berarti kemungkinan besar hanya bersifat sementara.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper