Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia National Shipowners Association (INSA) membantah adanya kongesti yang terjadi Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara di tengah isu penumpukan kapal kontainer secara global.
Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto membenarkan adanya penumpukan kapal peti kemas yang terjadi kepada pelayaran global di sejumlah pelabuhan utama di dunia. Adapun, penyebab penumpukan tersebut juga sudah banyak diberitakan sebelumnya akibat pandemi.
Dia menuturkan banyak negara dan pelabuhan di dunia melakukan lockdown. Dampaknya pelaku pelayaran juga melakukan blanksailling hingga pengurangan armada.
Namun, lanjutnya, saat in pada saat perdagangan menunjukkan tanda-tanda pemulihan telah menyebabkan adanya kongesti. Kondisi ini menjadikan arus barang, kontainer dan kapal tersumbat.
“Namun, kalau dikatakan juga terjadi di Jakarta dan Manila, itu tidak benar. Jakarta dan Manila tidak terjadi kongesti, karena bukan hub port. Demikian juga dengan banyak negara Asean lainnya, kecuali Singapura yang merupakan hub port international,” ujarnya, Minggu (7/11/2021).
Meski demikian Indonesia dan banyak negara Asean lainnya terkena dampak kekurangan kontainer dan ruang muat kapal. Wanita yang akrab disapa Memey ini menjelaskan Kementerian Perdagangan telah melakukan pertemuan dengan pelayaran global dan mendapat kesepakatan untuk menyediakan peti kemas untuk komoditi ekspor.
Baca Juga
Dikutip dari laporan Bloomberg, Kamis (4/11/2021), penumpukan peti kemas sepanjang 20 kaki yang menunggu untuk dibongkar membentang dari California Selatan ke Chicago jika diletakkan dari ujung ke ujung. Lebih dari 70 kapal kontainer tersebut terjebak di lepas pantai California Selatan di tengah krisis rantai pasokan. Ditata ujung ke ujung, kontainer ini akan membentang lebih dari 3.000 km.
Sebagaimana diketahui, setelah penurunan permintaan pengiriman selama hari-hari awal pandemi pada 2020, lonjakan pada akhir tahun itu menyebabkan penundaan dan penyumbatan di seluruh dunia. Kontainer menumpuk di dermaga selama berminggu-minggu menunggu untuk dibongkar. Namun kurangnya pekerja di dermaga dan pengemudi truk telah menyebabkan penundaan yang lama karena kapal tidak dapat berlabuh dan menurunkan kargo baru.
Berdasarkan laporan Marine Exchange, pada Senin (1/11/2021) terdapat 73 kapal kontainer yang terjebak di lepas pantai California Selatan. Jumlah kapal yang berlabuh telah berfluktuasi di sekitar level ini selama berbulan-bulan dan mencapai rekor baru pada Oktober kemarin.
Padahal sebelum pandemi, rekor tertinggi kapal yang menunggu untuk berlabuh adalah 17 kapal. Guna membantu mengurangi kemacetan di pelabuhan tersebut, Gedung Putih bahkan mengamanatkan bahwa pelabuhan Los Angeles dan Long Beach beroperasi 24/7 atau nonstop.
Namun bukan saja Los Angeles, situasi serupa juga tercermin secara global. Misalnya di Singapura. Berdasarkan laporan Bloomberg, jumlah kapal kontainer yang berlabuh di Singapura adalah 22 persen lebih tinggi dari level normal pada Senin (1/11/2021). Ini merupakan jumlah tertinggi sejak April.
Bahkan disebutkan pelabuhan di Manila dan Jakarta juga melaporkan tingkat kemacetan yang lebih tinggi dari biasanya.