Bisnis.com, JAKARTA – Tahun ini masyarakat sempat dihebohkan oleh kejadian terbakarnya tangki penyimpanan bahan bakar minyak (BBM) milik PT Pertamina (Persero). Kejadian itu bahkan berulang hingga setidaknya tiga kali di fasilitas kilang milik perusahaan pelat merah itu.
Berdasarkan catatan Bisnis, kejadian tersebut di antaranya terjadi di kompleks kilang Balongan dan di kompleks kilang Cilacap.
Insiden pertama di tangki penyimpanan BBM Pertamina terjadi pada Senin (29/3/2021) dini hari, dengan terbakarnya Tangki T-301G yang ada di kilang Balongan. Api yang disebabkan oleh sambaran petir itu telah melahap BBM dengan jenis Pertalite yang ada di tangki itu.
Pada insiden kebakaran pertama, investigasi dilakukan oleh empat lembaga, yakni Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS), Pusat Penelitian Petir LAPI ITB, Ditjen Migas ESDM, dan Det Norske Veritas (DNV).
Hasil investigasi dari empat lembaga tersebut, LAPI ITB, Ditjen Migas, dan DNV menyebut bahwa telah terjadi kebocoran di dinding tangki G kilang Balongan, sedangkan B2TKS menyebutkan kondisi tangki G secara identik sama dengan tangki D yang menunjukkan kondisi kuat dan reliable.
Sementara itu, Lapi ITB menyebutkan kebocoran terjadi akibat sambaran petir travelling yang mendegradasi dinding tangki G hingga terjadi penipisan, sehingga menyebabkan dinding tangki tidak dapat menahan tekanan mekanik dari BBM di dalam tangki.
Baca Juga
Adapun, Ditjen Migas Kementerian ESDM menyebut kebocoran disebabkan oleh kegagalan daerah lasan akibat korosi, senada dengan hasil investigasi yang dilakukan DNV.
Lebih lanjut, kebocoran tersebut diduga menjadi pemicu kebakaran yang terjadi di kilang balongan berdasarkan hasil investigasi dua dari empat lembaga yang melakukan penyelidikan di lokasi kejadian.
Hasil investigasi Lapi ITB menunjukkan penyebab kebakaran karena adanya sambaran petir atau induksi yang menyebabkan timbulnya segitiga api, sehingga mengakibatkan tangki EFGH terbakar.
Hasil investigasi Ditjen Migas Kementerian ESDM menyatakan bahwa ada unsur segitiga api, yaitu dari udara, dari kebocoran HC dinding tangki, dan panas yang diduga dari Trafo area SS-24 yang menyulut kebakaran.
Dugaan panas dari trafo area SS-24 berdasarkan hasil investigasi di lapangan ditemukan bahwa pada saat kejadian berlangsung trafo di area tersebut dalam kondisi tidak bertegangan, sehingga tidak memungkinkan timbulnya panas.
Guna mencegah sambaran petir menghanguskan fasilitas kilang lagi, Pertamina melakukan mitigasi berupa memasang penangkal petir lebih banyak.
Upaya tersebut termasuk dalam meningkatkan penyempurnaan sistem pengamanan atau accelerate preventif respond (APR) di area kilang Balongan, salah satunya dengan memasang alat lightning protection system (LPS).
Pemasangan LPS tersebut merupakan langkah yang melebihi standardisasi pengamanan kilang. Kajian engineering pemasangan 124 alat pun telah selesai.
Mitigasi lainnya dilakukan dengan pemasangan offensive fire protection system (OFGS), dan dengan penambahan alat pengamanan, seperti seperti automatic tank gauge (ATG), sirine, motor operated valve (MOV), dan flammable gas detection system (FDGS).
Namun, kejadian serupa pun kembali terulang. Kali ini api melahap area pertangkian 39 Pertamina RU IV Cilacap. Insiden itu terjadi pada Jumat (11/6/2021) dengan kobaran api yang menyambar pertama kali pada pukul 19.45 WIB, di bundwall tangki 39T-205, dan berhasil dikendalikan kurang lebih 1 jam setelah kejadian, atau sekitar pukul 20.40 WIB.
Saat dilakukan upaya pendinginan terhadap tangki 39T-205, muncul satu titik api di pipa outlet tangki 39T-203 yang akhirnya dapat dipadamkan pada Minggu, pukul 10.50 WIB.
Belum lepas ingatan dari dua kejadian tersebut, kebakaran kembali terjadi di tangki penyimpanan BBM RU IV Cilacap pada Sabtu (13/11/2021).
Kali ini api menyambar tangki 36 T102 yang berisikan berisi produk Pertalite. Penyebab kebakaran tersebut sampai dengan saat ini pun masih belum diketahui, namun dugaan awal kejadian itu pun masih serupa, yakni sambaran petir.