Bisnis.com, JAKARTA - PT Hutama Karya (Persero) menargetkan proses asset recycling dengan Indonesia Investment Authority (INA) pada 3 ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) dapat selesai pada Juni mendatang.
Wakil Direktur Utama Hutama Karya Aloysius Kiik Ro mengatakan terdapat 5 ruas dimiliki 100 persen perseroan ini berpotensi untuk dilakukan asset recycling dari JTTS yang telah beroperasi. Adapun, skema asset recycling dapat dilakukan secara stand alone untuk setiap ruas atau dengan skema bundling dengan ruas yang dimiliki Hutama Karya.
Pada awalnya terdapat 5 ruas yang ditawarkan kepada INA untuk dilakukan asset recycling yakni ruas Medan - Binjai sepanjang 17 kilometer dengan nilai investasi Rp3,52 triliun, ruas Pekanbaru - Dumai sepanjang 132 km dengan nilai investasi Rp21,43 triliun, ruas Palembang - Indralaya sepanjang 22 km dengan nilai investasi Rp3,82 triliun, ruas Terbanggi Besar - Kayu Agung sepanjang 189 km dengan nilai investasi Rp13,82 triliun, dan ruas Bakauheni - Terbanggi Besar sepanjang 141 km dengan nilai investasi Rp16,79 triliun.
Dari lima ruas yang ditawarkan kepada INA, terdapat 3 ruas yang dipilih untuk dilakukan asset recycling. Ketiga ruas itu yakni ruas Medan - Binjai, ruas Terbanggi Besar - Kayu Agung, ruas Bakauheni - Terbanggi Besar.
Aloysius mengungkapkan saat ini proses asset recycling yang dilakukan kepada 3 ruas tersebut dalam tahap tengah menaksir harga dan belum mengikat.
"Saat ini memang belum deal. Paling lambat bulan Juni kesepakatannya sudah secure. Sekarang dalam tahap taksir menaksir, itu belum mengikat."
Baca Juga
"Setelah sepakat lalu menunjukkan keseriusan seperti melakukan due diligence legal, finansial, operasional, lalu mereka akan datang untuk mengecek ruas tol tersebut untuk membuktikan konsultannya sudah benar atau belum dalam menghitung, lalu penawaran akhir kita nego di sana, InsyaAllah benar-benar kejadian," paparnya menjawab pertanyaan Bisnis di Lampung, Kamis (20/1/2022).
Dia mengungkapkan dipilihnya 3 ruas yang akan dilakukan asset recycling dari 5 ruas yang ditawarkan karena ketiga ruas tersebut paling menarik dan telah mendekati feasible. Kendati demikian, apabila nantinya ada ruas baru yang beroperasi, tak menutup kemungkinan juga akan ditawarkan kepada INA maupun calon investor lainnya.
"Mereka (INA) memang minat kelima ruas itu. Tapi saat ini memang 3 ruas dulu yang difokusin. Nanti setelah ini selesai, juga tentu akan kami tawarkan 2 ruas lainnya dan ditambah apabila ada ruas baru lain yang sudah kami operasikan," katanya.
Dia menuturkan tujuan dilakukan asset recycling ini untuk menjaga rasio solvabilitas seperti DER, Debt/Ebitda, ICR, dan DSCR. Selain itu, sebagai upaya untuk mengurangi defisit arus kas operasional.
"Jadi memang ada defisit operasional ini dari arus kas yang masuk dengan arus kas yang keluar. Hal ini terjadi memang untuk untuk lalu lintas harian (LHR) masih relatif rendah namun bertumbuh bulan ke bulan," ucapnya.
Menurutnya, JTTS berbeda dengan tol Trans Jawa dimana JTTS selama 5 tahun hingga 10 tahun awal mengalami kerugian. Namun, prospek JTTS jangka panjang yakni 20 tahun mendatang ini sangat bagus
"Tol-tolnya panjang ini ada daya tarik tersendiri terutama untuk tol di Sumatera Kami dengar ada investor yang ingin mendirikan area industri berupa pabrik di JTTS khususnya Terbanggi Besar. Ini prospek yang baik mendatang. Terlebih, PLN mencatat ada kenaikan 20% pelanggan baru dampak dari adanya tol ini," tuturnya.
Selain itu, dilakukannya asset recycling ini agar Hutama Karya dapat fokus pada penugasan di JTTS tahap selanjutnya. Upaya ini juga sebagai alternatif pendanaan infrastruktur oleh pemerintah.
"Dengan dilakukan asset recycling ini diharapkan kami bisa mendapatkan dana agar bisa membangun ruas JTTS lainnya sehingga berdampak pada cost logistik karena lama waktu tempuh semakin sedikit," terang Aloysius.
Dikutip dari situs BPJT, Skema asset recycling adalah langkah dalam pemanfaatan maupun pemindahtanganan aset lama, untuk membangun aset yang baru. Tujuannya adalah untuk membangun aset baru untuk mendapatkan aset yang lebih banyak.