Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah industri yang bergantung pada bahan baku impor dipastikan meninjau ulang rencana investasi dan pinjaman modal usaha dari perbankan setelah inflasi global kembali menukik akibat perang Rusia-Ukraina pada awal tahun ini.
Konsekuensinya, serapan kredit dari perbankan tahun ini diproyeksikan tetap mengalami perlambatan kendati risiko pandemi global mulai surut.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Industri Bobby Gafur Umar mengatakan sejumlah sektor seperti konstruksi, besi dan baja hingga farmasi tengah mengkaji ulang rencana korporasi mereka yang sempat optimis pada akhir 2021. Alasannya, bahan baku impor melonjak akibat krisis Rusia-Ukraina tersebut.
“Sekarang harga baja naik 30 persen otomatis orang akan melakukan perhitungan ulang karena korporasi membuat anggaran optimis pada akhir 2021 saat ada tren endemi di seluruh dunia,” kata Bobby melalui sambungan telepon, Selasa (8/3/2022).
Dengan demikian, kata Boby, sebagian industri yang terdampak bakal mengoreksi ulang atau menunda penambahan modal usaha mereka dari perbankan. Konsekuensinya, potensi penyerapan kredit dari industri diproyeksikan kembali terhambat akibat sentimen perang di kawasan Eropa Timur tersebut.
Kendati demikian, dia memastikan, sejumlah industri yang justru mencatatkan kinerja positif selama inflasi global belakangan ini bakal tetap berpotensi menyerap kredit yang besar dari perbankan.
“Dengan risiko pandemi sudah membaik saya pikir sudah arahnya ke kredit baru akan tetapi ada beberapa industri yang terkena imbas dari Perang Rusia-Ukraina ini yang perkembangannya setiap hari luar biasa mengungkit harga batubara” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, International Monetary Fund (IMF) menyatakan bahwa perang Rusia - Ukraina akan menyebabkan dampak yang parah kepada perekonomian global. Harga pangan dan energi telah melambung dalam beberapa hari terakhir dan rantai pasok semakin kacau. Hal itu ditambah tekanan inflasi yang semakin sulit dikendalikan.
"Sementara itu, situasi terus berubah dan perkiraan ke depan akan menjadi ketidakpastian yang luar biasa, konsekuensi ekonomi sudah sangat serius," kata pemberi pinjaman yang berbasis di Washington dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (5/3/2022), seperti dikutip Bloomberg.
Ekonom JPMorgan Chase & Co. memangkas pertumbuhan global pada tahun ini sekitar 1 persen dan meningkatkan prospek inflasi mereka dengan angka yang sama.