Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan ketergantungan Indonesia terhadap impor besi baja dari Rusia tidak signifikan.
Berdasarkan data BPS, meskipun besi dan baja menjadi komoditas impor utama Indonesia dari Rusia, Indonesia lebih bergantung pada China.
Ketua BPS Margo Yuwono mengatakan pangsa pasar impor untuk komoditas kategori HS 72 ini tertinggi yaitu China sepanjang 2021.
“Kalau kita lihat komposisi impor Indonesia khusus untuk besi dan baja, terbesar dari Tiongkok dengan pangsanya 22,95 persen, setara dengan US$2.744 juta. Sedangkan dengan rusia itu pangsanya hanya 3,74 persen atau setara dengan US$447 juta,” papar Margo dalam konferensi pers BPS, Selasa (15/3/2022).
Sementara itu, Indonesia mengandalkan besi dan baja dari Rusia sebanyak US$135 juta selama Januari-Februari 2022 atau hanya sebesar 5,75 persen.
Melihat dari nilai ini, dapat dipastikan Indonesia tidak akan terpengaruh secara signifikan dengan Rusia dari segi impor besi dan baja. Margo mengatakan jika terjadi gangguan impor dari Rusia, Indonesia masih dapat meningkatkan impor dari negara lain.
“Kalau ketegangan masih terus berlangsung, kita bisa mengimpor dari negara lain untuk pemenuhan supply domestik,” jelas Margo.
Melihat data statistik, China, Jepang, dan Afrika Selatan menjadi tiga teratas negara dengan impor besi dan baja. Masing-masing sebesar 25,45 persen, 16,11 persen, dan 11,41 persen. Nilai ini jauh bila dibandingkan dengan impor dari Rusia yang menempati posisi ke-6.