Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fesyen Lokal Butuh Keberlanjutan, Prospek Pasar Belum Digarap Maksimal

Pelaku fesyen muslim menilai pemain lokal masih belum bisa menguasai pasar muslim di dalam negeri.
Peragaan busana virtual, upaya bangkit dari hantaman pandemi./Bisnis-Wisnu Wage Pamungkas
Peragaan busana virtual, upaya bangkit dari hantaman pandemi./Bisnis-Wisnu Wage Pamungkas

Bisnis.com, JAKARTA – Founder Buttonscarves Linda Anggrea, bergerak di bidang pakaian muslim, melihat masih belum terpenuhinya kebutuhan fesyen muslim di dalam negeri.

Untuk mewujudkan keberlanjutan fesyen lokal, dibutuhkan kolaborasi agar pelaku usaha fesyen muslim dapat menguasai pasar dalam negeri.

Linda mengatakan masih sedikit pemasok dalam negeri yang dapat memenuhi kebutuhan pasar Indonesia. Maka dari itu, Linda mendukung dan mengajak berbagai merek lokal untuk naik kelas dan mengalahkan merek internasional.

“Kalau bicara prospek, itu kuenya masih besar sekali. Sambutan masyarakat terhadap mode muslim masih hangat dan luar biasa antusiasnya. Masih sedikit supplier atau merek yang dapat memenuhi kebutuhan market Indonesia,” ujar Linda dalam acara Education As Pillar For Sustainable Fashion Road to Jakarta Muslim Fashion Week 2023, Rabu (6/4/2022)

Menurutnya, peluang bisnis pakaian jadi terutama busana muslim masih cukup besar di Indonesia terlihat dari keuntungan yang diraup oleh Buttonscarves yang meningkat selama pandemi.

“Justru di pandemi ini kita tumbuh sangat tinggi dan saya percaya dengan pandemi berakhir kita bisa makin tumbuh lagi. Bisa kita lihat, Indonesia sebagai komunitas penduduk muslim terbesar dunia,” ujar Linda.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Didi Sumedi mengatakan pada realitanya, Indonesia masih bergantung pada China yang menjadi produsen halal nomor satu di dunia termasuk pakaian.

Padahal, Indonesia yang menjadi populasi muslim terbanyak seharusnya dapat mengambil alih posisi China tersebut.

“China itu sudah memproduksi scarf atau kerudung sudah luar biasa banyak, itu impor kita banyak dari China terkait kerudung,” ujar Didi pada kesempatan yang sama.

Dari sisi pasar, Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus melihat peluang besar tumbuhnya industri fesyen muslim dengan konsumsi yang besar untuk busana muslim di Indonesia.

Ia menyampaikan bahwa mayoritas penduduk muslim di Indonesia yang berjumlah lebih dari 80 persen dari total populasi sudah pasti tidak akan berhenti membeli produk mode muslim.

“Setiap ada desain baru, masyarakat antusias, kalo dari sisi konsumsi kita sudah kuat pasarnya, potensi ke depannya cukup luas, mengingat proyeksi jumlah penduduk muslim dunia akan meningkat, market akan meningkat,” kata Heri, Rabu (6/4/2022).

Satu hal yang penting untuk diperhatikan, Heri meminta para pelaku usaha dan pemangku kepentingan untuk menciptakan industri halal yang dapat memacu daya saing. Pada dasarnya, bukan hanya wujud busana muslim yang halal, tapi mulai dari hulu hingga hilir harus dipastikan halal prosesnya.

“Dari sisi manfaat ekonomi, itu sangat luas bagi UMKM dan industri tekstil dari hulu dan hilir hingga desainernya,” lanjut Heri.

Sementara itu, sinergitas melalui kolaborasi pun turut berperan dalam mendukung keberlanjutan dan penguatan mode muslim ini.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper