Bisnis.com, JAKARTA - Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual memprediksi neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$4,3 miliar pada April 2022.
"Masih cukup besar, tapi paling turun sedikit karena pelarangan ekspor CPO itu baru [diberlakukan] akhir April 2022 jadi belum ada pengaruhnya. Mungkin di Mei ini akan kelihatan," kata David kepada Bisnis, Sabtu (14/5/2022).
Pemicu surplus neraca perdagangan pun masih sama seperti bulan sebelumnya, yaitu komoditas batu bara dan CPO.
Lebih lanjut David mengatakan, kinerja ekspor diperkirakan tumbuh 36,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sementara impor diperkirakan tumbuh 29,2 persen yoy.
"Pertumbuhan ekspornya cukup bagus. Tapi, impornya juga naik tinggi karena seiring dengan pemulihan mobilitas masyarakat, belanja masyarakat juga meningkat. April itu kan masa Lebaran ya jadi permintaan barang termasuk barang impor juga tinggi," jelasnya.
Di lain sisi David melihat, konflik Rusia-Ukraina yang terus berlanjut masih menguntungkan Indonesia dengan harga komoditas yang masih tinggi lantaran dunia mulai bergerak.
"Bedanya dengan waktu tahun 2020, lockdown ketat diterapkan di banyak negara sehingga demand nya lemah, dan ekspor kita juga lemah. Kalau sekarang demandnya lumayan ya, sehingga butuh komoditas andalan kita," ungkap dia.
Ke depannya, David menghimbau agar Indonesia mulai melakukan diversifikasi, baik dari sisi negara maupun produk, Sebab, harga komoditas-komoditas yang melonjak tersebut bisa turun sewaktu-waktu, terutama bila perang antara Rusia-Ukraina mereda.
Ekonom BCA: Neraca Perdagangan RI Diprediksi Surplus US$4,3 Miliar pada April 2022
Pemicu surplus perdagangan pun masih sama seperti bulan sebelumnya, yaitu komoditas batu bara dan CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Novita Sari Simamora
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

7 jam yang lalu
Adhi Karya’s Profit Shrinks, Debt Still Overwhelming

11 jam yang lalu
Auto Stocks React to GIIAS 2025 Amid Sector Slowdown
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

43 menit yang lalu
BGN Optimistis Capai Target 20 Juta Penerima Manfaat Sebelum 17 Agustus

1 jam yang lalu