Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat memprediksi harga rumah komersial tak mengalami kenaikan atau tetap stabil pada tahun ini meski ada kenaikan harga bahan bangunan di pasar global.
Pengamat properti sekaligus Direktur Eksekutif Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) Panangian Simanungkalit memprediksi kenaikan harga rumah komersial tidak akan terjadi pada tahun ini karena permintaan pasar yang belum pulih.
"Harga rumah komersial tidak akan naik tahun ini. Setelah pandemi Covid-19, permintaan rumah masih rendah alias belum pulih," kata Panangian kepada Bisnis, Selasa (17/5/2022).
Panangian menambahkan, bukti belum pulihnya permintaan pasar terhadap rumah terlihat dari upaya pengembang menawarkan berbagai promosi, guna mendongkrak angka penjualan pada saat ini.
"Para pemgembang rumah komersial banyak menawarkan berbagai promosi misalkan cara pembayaran ringan, potongan harga yang menarik, dan juga penawaran suku bunga rendah melalui kerja sama dengan pihak perbankan," ujarnya.
Sebagai informasi, CEO IPW (Indonesia Property Watch), Ali Tranghanda memerinci nilai penjualan rumah di Jabodebek dan Banten selama 3 bulan pertama 2022 turun 14,5 persen dibandingkan dengan 3 bulan terakhir 2021. Penurunan itu merupakan kelanjutan dari kuartal sebelumnya yang juga mencatatkan penurunan yaitu sebesar 15,7 persen qtq.
Sejumlah pengembang juga mengaku masih pikir-pikir untuk menaikkan harga rumah pada tahun ini. Salah satunya, PT Ciputra Development Tbk. (CTRA).
Direktur Ciputra Harun Hajadi menyatakan pihaknya masih akan menahan harga rumah hingga pertengahan 2022 meski harga bahan bangunan melonjak hingga menyebabkan biaya pembangunan komersial meningkat.
"Jika melihat tren kenaikan harga bahan bangunan sekarang, diperkirakan biaya pembangunan properti komersial naik 8 sampai 10 persen," kata Harun kepada Bisnis, Selasa (17/5/2022).
Meskipun demikian, menurut Harun, Ciputra akan berusaha menekan harga jual rumah komersial untuk menjaga daya beli masyarakat.
"Tetapi kita masih usahakan menekan harganya di tengah pandemi ini agar banyak orang membeli rumah produk Ciputra tanpa harus terkena kenaikan," ujarnya.
Harun menyatakan pihaknya baru akan mempertimbangkan penyesuaian harga rumah setelah pertengahan tahun 2022.
"Memang akan ada penyesuaian, tetapi kemungkinan penyesuaiannya setelah pertengahan tahun karena menahan harga sangat sulit dilakukan," tuturnya.
Sebelumnya, pengembang mengeluhkan kenaikan harga material bangunan seperti semen, besi, baja, alumunium dan tembaga di pasar global akibat perang Rusia dan Ukraina. Hal itu disampaikan, Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida.
Totok mengatakan kenaikan harga material bangunan tidak hanya akan berdampak pada kenaikan rumah subsidi, tetapi juga segmen non-subsidi.
“Rumah non-subsidi juga akan naik, tapi besarannya tergantung pasarnya seperti apa nanti,” ujarnya.