Bisnis.com, JAKARTA- Pelaku industri alat berat Tanah Air harus memutar otak demi memenuhi pasokan yang meningkat seiring dengan tingginya permintaan dari sektor tambang, terutama batu bara.
Ketua Umum Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI) Etot Listyono mengatakan pelaku industri belum mampu memenuhi permintaan pasar terhadap alat berat tahun ini.
"Suplai alat berat di dalam negeri masih belum bisa mengejar tingkat permintaan sepanjang tahun ini," ujar Etot kepada Bisnis, Senin (30/5/2022).
Dia menambahkan, terdapat gap yang cukup lebar antara pasokan dan permintaan pasar terhadap alat berat. Tahun ini, diperkirakan market size alat berat di Tanah Air mencapai 18.000 unit.
Sementara itu, kapasitas produksi industri hanya 9.000 unit. Dengan demikian, kata Etot, sebanyak 50 persen keperluan yang tidak bisa dipenuhi oleh indistri dalam negeri akan diimpor dari beberapa negara produsen, di antaranya China dan Jepang.
Diberitakan sebelumnya, kinerja industri alat berat Tanah Air masih berada di jalur positif menjelang paruh pertama 2022 berakhir. Kondisi tersebut dipicu oleh tingginya permintaan dari sektor pertambangan.
Baca Juga
Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin mengatakan jumlah alat berat yang akan diproduksi pada kuartal II/2022 sekitar 2.100-an unit, atau hampir sama dengan kuartal sebelumnya, yakni 2.113 unit.
"Perhitungan belum selesai. Namun, perkiraan produksi di kuartal II/2022 kurang lebih sama dengan kuartal I/2022," kata Jamaludin kepada Bisnis, Senin (30/5/2022).
Dengan demikian, produksi keseluruhan alat berat pada semester I/2022 akan berada di kisaran 4.200 unit. Naik sekitar 67 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mana terdapat 2.823 unit alat berat yang diproduksi.
Total, produksi tahun ini naik dari target awal yang dipatok oleh Hinabi tahun lalu menjadi 10.000 unit. Awalnya, produksi alat berat di dalam negeri pada tahun ini diperkirakan sebanyak 8.000 unit.
Pendorong pertumbuhan terbesar produksi alat berat masih ditunjang oleh sektor pertambangan, terutama batu bara dengan permintaan yang berpotensi melonjak seiring dengan gejolak geopolitik global.
Rencana Uni Eropa melakukan embargo terhadap komoditas batu bara Rusia mulai pertengahan Agustus 2022 memungkinkan RI mengambil untuk dari situasi tersebut.
Sebab, RI merupakan produsen batu bara terbesar di dunia. Kendati memiliki cadangan di bawah Rusia dan Amerika Serikat, yakni 38,84 miliar ton.
Hal tersebut terindikasi dari pangsa produksi hingga April 2022 yang didominasi oleh alat berat jenis hydraulic excavator sekitar 45 persen dari total market size 7.100 unit.
Hydraulic excavator merupakan jenis alat berat yang digunakan untuk keperluan di sektor pertambangan, seperti batu bara dan mineral nikel.
Pada kuartal I/2022, hydraulic excavator juga mendominasi produksi dengan kontribusi sebesar 1.814 unit. Sisanya, produksi di industri alat berat disumbangkan oleh motor grader 29 unit, bulldozer 205 unit, dan dump truck 65 unit.
Untuk diketahui, produksi alat berat sepanjang tahun lalu mencapai 6.740 unit atau tumbuh 96,67 persen dari capaian 2020 yang hanya 3.427 unit saja.