Bisnis.com, JAKARTA — Tekanan pada inflasi diproyeksikan meningkat tinggi pada Desember 2022. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), tekanan inflasi diperkirakan masih tinggi hingga kuartal I/2022.
Pada Desember 2022, Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) melonjak menjadi sebesar 146,0, dari bulan sebelumnya pada level 135,4. Tingkat IEH tersebut merupakan yang tertinggi sejak Februari 2021, di mana IEH saat itu sebesar 156,4.
Sementara itu, IEH pada Maret 2023 diperkirakan meningkat ke level 140,7, dari bulan sebelumnya sebesar 138,7.
“Responden menginformasikan peningkatan didorong kenaikan harga bahan baku serta pola historis saat Natal dan bulan Ramadan,” tulis BI dalam laporannya, Rabu (9/11/2022).
Pada November 2022, BI berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) memperkirakan inflasi mencapai 0,08 persen secara bulanan pada pekan pertama bulan tersebut.
“Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I November 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu pertama November 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,08,” kata Direktur Departemen Komunikasi BI Nita A. Muelgini.
Dia menyampaikan, komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu telur ayam sebesar 0,02 persen secara bulanan.
Di samping itu, komoditas lainnya yang turut menyumbang inflasi adalah daging ayam ras, beras, minyak goreng, tahu mentah, tomat, tempe, jeruk, dan sawi hijau masing-masing sebesar 0,01 persen secara bulanan.
Di sisi lain, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu pertama November yaitu cabai merah sebesar -0,07 persen, cabai rawit sebesar -0,03 persen, dan bawang putih sebesar -0,01 persen.