Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp186,9 Triliun per Februari 2023

Utang per Februari 2023 setara dengan 26,84 persen dari target pembiayaan utang pada APBN Tahun Anggaran 2023.
Menkeu Sri Mulyani memberikan pemaparan keuangan negara saat konferensi pers APBN Kita pada Selasa (14/3/2023) di gedung Kemenkeu, Jakarta Pusat. Dok. Kemenkeu RI.
Menkeu Sri Mulyani memberikan pemaparan keuangan negara saat konferensi pers APBN Kita pada Selasa (14/3/2023) di gedung Kemenkeu, Jakarta Pusat. Dok. Kemenkeu RI.

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa realisasi pembiayaan utang pemerintah per Februari 2023 mencapai Rp186,9 triliun.

Jumlah tersebut setara dengan 26,84 persen dari target pembiayaan utang pada APBN Tahun Anggaran 2023 sebesar Rp696,3 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan, pemerintah hingga 28 Februari 2023 telah melakukan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp177,7 triliun.

Nilai tersebut melonjak sebesar 162,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Penerbitan SBN yang lebih awal dan dalam jumlah yang lebih besar kata Sri Mulyani guna mengantisipasi kenaikan suku bunga pada semester kedua 2023.

“Kita memang melakukan front loading karena kita tahu bahwa tren kenaikan suku bunga akan diantisipasi pada semester II, atau levelnya tinggi yang disebut higher for longer, seperti yang telah terjadi di Amerika Serikat, sehingga kita cari kesempatan saat suku bunga belum naik,” katanya dalam Konferensi Pers APBN Kita, Rabu (15/3/2023).

Sri Mulyani mengatakan, pemerintah dalam hal ini tetap memperhatikan kondisi pasar surat utang baik di dalam maupun di luar negeri, karena keduanya akan menentukan penerbitan SBN.

Hingga akhir Februari 2023, pemerintah juga mencatat telah menarik pinjaman sebesar Rp9,2 triliun. Jumlah tersebut turun dari posisi pada Februari 2023 yang saat itu sebesar Rp25,3 triliun.

“Kalau penerimaan pajak, bea cukai, dan PNBP [penerimaan negara bukan pajak] tetap bagus dan belanja disiplin, kita berharap defisit bisa dijaga. Ketidakpastian masih harus diwaspadai di bulan-bulan ke depan, terutama pada semester kedua,” kata Sri Mulyani.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper