Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membahas soal kecenderungan akan turunnya penggunaan minyak goreng oleh masyarakat ketika harga sedang tinggi. Ucapan itu disambut gelak tawa para mahasiswa Universitas Indonesia atau UI.
Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam kuliah Umum Menteri Keuangan di Universitas Indonesia, Depok pada Rabu (31/5/2023). Kuliah umum itu mengangkat tema Kebijakan Fiskal & Stabilitas Ekonomi.
Sri Mulyani menjelaskan soal sejumlah kebijakan makro yang menjadi perdebatan, salah satunya mengenai apakah pembuat kebijakan moneter dan fiskal harus menstabilkan ekonomi? Terjadi diskusi antara Menkeu dengan para mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI.
Terdapat dua pandangan atas pertanyaan itu, yakni Bank Indonesia sebagai pembuat kebijakan moneter dan Kementerian Keuangan sebagai pembuat kebijakan fiskal harus melakukan langkah stabilisasi, serta sisi lainnya berpandangan tidak perlu.
Sri Mulyani bertanya kepada para mahasiswa dan meminta mereka mengangkat tangan jika setuju perlu adanya tindakan dari bank sentral dan pemerintah. Ternyata, sebagian besar tidak mengangkat tangan, Sri Mulyani berasumsi mereka memang tidak setuju atau masih bingung.
Menkeu menyebut bahwa mereka yang tidak mengangkat tangan sebagai kelompok orang neoclassic atau classical economics. Artinya, orang dengan paham itu berpandangan bahwa jika terjadi suatu pergerakan ekonomi maka tidak perlu terdapat intervensi tertentu dan rakyat dapat menghadapinya.
Baca Juga
“Biarin saja lah, kalau harga minyak tinggi ya paling nanti rakyat gorengnya lebih sedikit,” ujar Sri Mulyani mencontohkan pandangan ekonomi tersebut dalam kuliah umumnya, Rabu (31/5/2023).
Pernyataan Sri Mulyani itu sontak memancing gelak tawa dari para mahasiswa dan mereka yang berada di ruangan. Sri Mulyani ikut tertawa dan langsung meluruskan perkataannya sebelumnya.
Sri Mulyani menyebut bahwa penjelasanny itu bukan merupakan pernyataan politik. Dia juga menegaskan bahwa contoh seperti itu bisa disampaikan di ruang perkuliahan, untuk kepentingan akademis.
“Itu kan enggak salah? Aku mengatakan ini kita di ruang kelas ya, ini ruang kelas ya, ini bukan political platform ya, saya mengatakan,” kata Sri Mulyani.
Pernyataan soal minyak goreng yang sebelumnya menyita perhatian datang dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Presiden Kelima Indonesia Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri. Dia sempat berkomentar saat terjadi kelangkaan minyak goreng awal tahun ini.
Dalam sebuah webinar, Megawati menyampaikan keprihatinannya karena antrean minyak goreng terjadi di mana-mana. Dia mengaku heran karena banyak ibu-ibu yang senang menggoreng makanan sehingga harus antre membeli minyak goreng.
“Saya tuh sampai ngelus dodo. Bukan urusan masalah ndak ada atau mahalnya minyak goreng. Saya tuh sampai mikir, jadi tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng sampai begitu rebutannya?” ujar Megawati.
Dalam webinar bertema pencegahan stunting itu, Megawati menyebut bahwa ibu-ibu bisa merebus, mengukus, atau membakar makanan saat memasak sehingga tidak perlu terus bergantung kepada minyak goreng. Dia juga menyebut bahwa itu merupakan cara-cara memasak makanan Indonesia.