Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai bahwa Indonesia merupakan pasar digital yang besar dengan total konsumen mencapai 123 juta dan potensi perdagangan digital hingga Rp 11.250 triliun.
Hal ini disampaikannya usai menghadiri pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) Ke-24 dan Alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) Ke-65 tahun 2023 Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI di Istana Negara, Rabu (5/10/2023).
Sayangnya, dia mengatakan bahwa di tengah potensi besar tersebut, Indonesia masih jadi sasaran produk impor dengan 90 persen produk di perniagan elektrik (e-commerce) yang merupakan barang impor.
"Ada 123 juta tadi konsumen kita, tetapi kita hanya jadi konsumen dan 90 persen hati-hati barangnya barang impor lebih bahaya lagi bukan produk kita sendiri. Kalau produk kita sendiri kita taruh di e-commerce masih bagus. Tapi 90 persen barang-barang impor," katanya dalam forum tersebut.
Lebih lanjut, dia melanjutkan produk impor kian mengancam produk dalam negeri lantaran meneraplan taktik memberikan harga yang sangat murah. Apalagi, pemilik aplikasi membakar uang untuk memberikan diskon.
Jokowi pun mengaku sempat menemukan harga baju hanya dipatok di harga Rp5.000 sehingga membuat masyarakat kian kecanduan belanja produk import untuk mengejar harga murah. Padahal, menurutnya aplikasi tersebut berpeluang menguasai data dan perilaku pasar di Indonesia.
Baca Juga
"Ini harganya sangat murah, bahkan baju kemarin ada yang dijual cuma Rp5.000, artinya di situ ada predatory pricing mulai bakar uang yang mulai menguasai data, menguasai perilaku. Ini semua kita harus mengerti mengenai ini," pungkas Jokowi.