Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR), pengelola Blok Rokan, menyalip torehan produksi minyak dari operator Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu ExxonMobil Cepu Ltd (EMCL) di sisa akhir tahun 2023.
Deputi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo mengatakan PHR berhasil menahan penurunan produksi minyak di level 167.000 barel setara minyak per hari (bopd). Sementara itu, produksi minyak dari Blok Cepu susut ke level 140.000 bopd.
“[Juara 1] Rokan lah, Cepu udah turun, Rokan 167.000 bopd atau berapa ya, sekitaran segitu, sementara Cepu kan 140.000 bopd sekarang,” kata Wahju saat ditemui di Kementerian ESDM, Selasa (12/12/2023).
Kendati demikian, Wahju menerangkan, lembaganya tengah mendorong upaya peningkatan produksi dari dua lapangan yang telah lama menjadi tulang punggung produksi minyak nasional tersebut.
Belakangan, SKK Migas tengah mengkaji rencana pengembangan atau plan of development (PoD) teknologi chemical enhanced oil recovery (CEOR) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk Lapangan Minas, Blok Rokan.
Rencana pengembangan itu menjadi bagian dari komitmen kerja pasti (KKP) PHR dalam periode 5 tahun pertama sejak alih kelola Blok Rokan pada 9 Agustus 2021 dari Chevron. Dokumen pengembangan Lapangan Minas lewat metode pengurasan minyak tahap lanjut itu diterima SKK Migas pada Senin (13/11/2023).
Baca Juga
Di sisi lain, kata Wahju, EMCL bakal segera melakukan pengeboran 5 sumur infill carbonate dan 2 sumur clastic tahun depan. Tajak perdana bakal dilakukan Februari 2024, dengan estimasi first oil di kisaran 10.000 bopd akhir tahun depan.
Kementerian ESDM mencatat total komitmen investasi dari optimasi pengembangan lapangan (OPL) Banyu Urip, Blok Cepu tembus US$203,5 juta setara dengan Rp3,08 triliun (asumsi kurs Rp15.180 per dolar AS). Adapun, komitmen investasi pengeboran lanjutan itu diperkirakan dapat mengerek tambahan cadangan minyak EMCL ke level 42,92 juta barel minyak (MMBO).
“First oil kalau nggak salah ngebor dua bulan atau berapa, terus mulai produksi Agustus ya tahun depan,” kata Wahju.
Seperti diketahui, EMCL berada di urutan pertama ihwal torehan produksi minyak sepanjang semester pertama 2023. Berdasarkan catatan SKK Migas, EMCL berhasil mengimpun produksi minyak sebesar 165.265 bopd sepanjang paruh pertama tahun ini.
Sementara itu, PHR berada di posisi kedua dengan catatan produksi sepanjang paruh pertama itu di level 161.594 bopd. Posisi ketiga dan keempat diikuti oleh Pertamina EP dan PHM, dengan produksi masing-masing 71.470 bopd dan 26.862 bopd.
Sebelumnya, Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gall mengakui pengerjaan optimasi pengembangan lapangan (OPL) Banyu Urip awal tahun depan memiliki tantangan yang serius.
Carole mengatakan, sumur yang akan ditajak relatif memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi jika dibandingkan dengan pengembangan sumur pada program pengeboran ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) di tahun 2013 dan 2016.
“Kami menyadari OPL Banyu Urip untuk pengeboran sumur infil dan clastic itu tidak akan berjalan mudah, sumurnya terbilang kompleks,” kata Carole saat penandatanganan kontrak rig dari PT Pertamina Drilling Services Indonesia (PDSI) di kantor SKK Migas, Jakarta, Kamis (10/8/2023).