Bisnis.com, PEKANBARU — Air ketika ditambahkan minyak secara alami alias tidak dicampur dengan zat apapun, mereka akan tetap terpisah dengan sendirinya.
Begitulah kira-kira narasi sederhana yang disampaikan oleh salah seorang karyawan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) untuk menggambarkan bagaimana proses produksi minyak bumi.
Namun, untuk mengangkat minyak tersebut dari dalam perut bumi dibutuhkan alat bantu produksi, terutama pompa dan fasilitas produksi lainnya seperti jaringan pipa pengangkut, stasiun pengumpul minyak, stasiun pemisah air, dan lain sebagainya.
Di wilayah kerja (WK) Rokan yang berada di Bumi Lancang Kuning, Riau, yang meliputi tujuh kabupaten/kota seluas lebih kurang 6.400 km2 tersebut, terdapat 10 lapangan utama yaitu Minas, Duri, Bangko, Bekasap, Balam South, Kota Batak, Petani, Lematang, Petapahan, dan Pager.
Lapangan-lapangan tersebut membentang di lima kabupaten yang ada di Provinsi Riau, yaitu Rokan Hulu, dan Rokan Hilir, Bengkalis, Siak, dan Kampar. Sementara itu, dua kota lainnya yakni Pekanbaru dan Dumai menjadi penyangga dari kegiatan operasi yang dilakukan di Blok Rokan.
Untuk fasilitas produksinya, terdapat 35 stasiun pengumpul, 13.200 km jaringan pipa alir, dan 500 km jaringan shipping line. Selain itu, juga terdapat 30 rig pemboran plus 54 rig work over dan work intervention (WOWS) untuk menyelesaikan program pengembangan dan base business.
Jika kita menyusuri area WK Rokan di Lapangan Duri, Kabupaten Bengkalis yang berada di sisi utara Kabupaten Siak, terlihat banyak pompa angguk yang tersebar di sejumlah lokasi.
Setidaknya ada sekitar 6.172 unit pompa angguk yang menjadi urat nadinya Lapangan Duri, yang terus bergerak naik turun untuk mendorong naiknya minyak dari dalam perut bumi ke permukaan.
Dibandingkan dengan Lapangan Kulin dan Rantau Bais yang sama-sama berada di Blok Rokan, Lapangan Duri paling banyak memiliki sumur aktif yakni lebih dari 6.000 sumur yang pada 2025 produksinya mencapai 43.800 bph.
Adapun, untuk pengangkatan minyak bumi dari dalam sumur yang ada di wilayah kerja Rokan juga memerlukan treatment khusus.
Dengan karakteristik lapangan tua (mature) yang sudah berusia di atas 80 tahun sejak temuan awal pada 1941, perlu upaya ekstra untuk memacu produksi siap jual (lifting) minyak di Blok Rokan.
Jangankan untuk meningkatkan produksi, untuk menahan laju penurunan produksi secara alamiah (natural decline) saja sudah sangat berat.
Terlebih, Blok Rokan khususnya di Lapangan Duri menyimpan minyak berat atau biasa disebut heavy oil, yang karakteristiknya lebih kental dibandingkan dengan minyak di daerah lainnya.
Namun, sebagai anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang bergerak dalam bidang usaha hulu migas di bawah Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi, PHR juga tidak tinggal diam.
Sejak Pertamina resmi mengambil alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pasific Indonesia pada Agustus 2021, PHR berhasil menahan laju penurunan produksi salah satu ladang minyak subur dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia itu.
“Rata-rata produksi Blok Rokan tercatat sebesar 150.000 bph, padahal dalam kajian yang dilakukan operator sebelumnya jika tidak ada kegiatan baru yang dilakukan, produksi bisa merosot hingga hanya 105.000 bph,” kata Andre Wijanarko, General Manager Regional 1 Zona Rokan, Rabu (11/6/2025).
Andre menuturkan, berbagai upaya dan strategi dilakukan PHR untuk meningkatkan produksi, seperti menggencarkan pengeboran; upgrading beberapa fasilitas produksi; serta yang terbaru pada tahun ini dengan menyasar area-area yang sebelumnya tidak menjadi prioritas untuk dikembangkan.
PHR, kata dia, akan menyasar area-area di luar Lapangan Minas dan Duri untuk primary. Area-area lainnya juga akan disasar PHR.
Tak hanya itu, PHR juga akan menerapkan sejumlah teknologi dalam proses produksi, seperti Low Quality Reservoir (LQR) yang tadinya tidak dilirik oleh operator sebelumnya serta Multi Stage Fracturing (MSF).
Selain itu, PHR juga menerapkan teknologi pengurasan minyak lanjutan (enhanced oil recovery/EOR) hingga mempercepat kegiatan eksploitasi minyak dan gas bumi nonkonvensional (MNK).
“Itu semua untuk memastikan adanya keberlanjutan produksi di Blok Rokan karena dari hasil kajian, potensi Blok Rokan masih sangat besar dan belum habis. Namun memang dibutuhkan upaya ekstra serta dukungan dari semua pihak,” kata Andre.
Sementara itu, Operation Head Subsurface Development and Planning PHR Mochamad Taufan menjelaskan bahwa secara teknis penerapan EOR dilakukan untuk membantu mengalirkan minyak yang masih terkurung di lapisan batuan reservoir.
“Misalkan di Lapangan Minas, water cut tinggi. Airnya 4 juta barel, minyaknya hanya 29.000 bph. Tapi recovery factor 50%, jadi ada yang tertinggal,” ujarnya.
Untuk mengeluarkan minyak yang tersisa, imbuhnya, PHR menggunakan chemical yang mengubah sifat batuan jadi lebih mengikat air, sehingga minyak dapat mengalir. Beberapa tipe chemical yang digunakan, antara lain polymer, surfaktan, dan alkali-surfactan-P.
INJEKSI UAP
Adapun, penerapan EOR dilakukan mulai dari water flood, injeksi uap (steam flood) hingga yang terakhir adalah chemical injection yang bakal menjadi andalan PHR dalam menopang produksi di masa depan.
Karyawan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengecek injector uap (steamflood) di area North Duri Development (NDD) Area 14, Lapangan Duri Blok Rokan, Kabupaten Bengkalis, Riau pada Rabu (11/6/2025).
Terkait dengan teknik injeksi uap untuk proses produksi, Ahmad Riyanto, Superintendent Field Ops Duri mengungkapkan bahwa karena karakteristik minyak Lapangan Duri merupakan heavy oil, pada 1975 dimulai lah pilot project steam flood dan mulai start up pada 1985.
“Dengan teknologi steam flood ini, alhamdulillah produksi Duri Field menjadi naik, peak production pada 1995 mencapai hampir 1.400 bph,” ujarnya.
Dari mulai diterapkan pada area 1 hingga saat ini ke area 14, Ahmad menjelaskan bahwa produksi Lapangan Duri saat ini bisa mencapai 43.800 bph, water production 870.000 bph, injeksi uap 308.000 bph, dan field water cut 95% (5% minyak dan 95% air).
Sebagai gambaran, CEOR merupakan metode yang diaplikasikan untuk meningkatkan produksi hidrokarbon dari reservoir minyak apabila metode primary recovery dan secondary recovery tidak efisien lagi untuk menguras minyak.
Blok Rokan sendiri menjadi salah satu ladang minyak subur dengan cadangan paling besar yang pernah ditemukan di Indonesia. Saat ini Blok Rokan menyumbang 26% dari total produksi nasional.
Tiga lapangan berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas dan Bekasap. Cadangan minyak yang dimiliki Blok Rokan mencapai 500 juta hingga 1,5 miliar barrel of oil equivalent tanpa EOR.