Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penurunan nilai impor RI secara keseluruhan mengalami penurunan 2,60% (month-to-month/mtm), didorong melemahnya impor nonmigas yang turun hingga 5,34% mtm pada Maret 2024.
Bahkan seluruh nilai impor menurut penggunaan barang pun turun pada periode yang sama. Adapun, penurunan tertinggi dialami oleh impor barang modal sebesar US$368,9 juta atau turun 11,26%, impor bahan baku turun 0,73% sebesar US$97,4 juta, dan barang konsumsi turun 0,69% menjadi US$12,8 juta.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan bahan baku penolong menyumbang setidaknya 73,53% dari total impor pada Maret 2024 sebesar US$17,96 miliar.
"Secara bulanan nilai impor seluruh jenis penggunaan mengalami penurunan dengan penurunan terbesar pada kelompok barang modal yang turun yaitu mesin/peralatan mekanis dan bagiannya (HS 84)," kata Amalia dalam Rilis BPS, Senin (22/4/2024).
Impor mesin/peralatan mekanis dan bagiannya mengalami penurunan terbesar senilai US$473 juta atau 17,18% pada Maret 2024. Sementara, peningkatan impor terjadi pada serealia yang naik 25,97% senilai US$182,2 juta.
Di sisi lain, secara tahunan nilai impor seluruh jenis penggunaan mengalami penurunan, kecuali impor barang konsumsi yang meningkat sebesar 4,97%.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan kemungkinan penurunan impor dipengaruhi kebijakan pemerintah terkait larangan dan pembatasan (lartas) impor melalui Permendag 36/2023.
"Saya melihat ini ada kemungkinan lartas impor itu memengaruhi penurunan impor, ada kemungkinan walaupun tidak konklusif," kata Faisal kepada Bisnis, Senin (22/4/2024).
Faisal tak memungkiri bahwa pembatasan impor yang berlaku pada 10 Maret 2024 lalu berdampak cukup signifikan, tak hanya impor barang konsumsi, tetapi juga terhadap impor bahan baku dan barang modal.
Jika impor barang konsumsi yang turun, maka dampaknya akan positif terhadap industri. Namun, jika lartas impor juga menghantam bahan baku, maka industri yang ketergantungan besar terhadap impor akan terancam produktivitasnya.
"Kalau bahan baku yang dibatasi malah bisa menghantam industri dalam negeri karena punya ketergantungan yang besar terhadap impor, kalau tidak dipenuhi dalam negeri juga mereka kekurangan bahan baku," pungkasnya.