Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Ditarget Tumbuh 6% Tahun 2025, Pelaku Industri Mesin Pesimistis

Pelaku industri mesin dan logam dasar menilai target pertumbuhan manufaktur sulit digapai, mengingat tren kontribusi cenderung melemah.
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati
Pekerja menyelesaikan pembuatan komponen otomotif di pabrik PT Dharma Polimetal Tbk. (DRMA) di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (20/9/2022). Bisnis/Suselo Jati

Bisnis.com, JAKARTA- Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia (GAMMA) merespons target pertumbuhan industri pengolahan yang dipatok melaju 5,5%-6,1% dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) 19,3%-19,6% pada 2025.

Ketua Umum GAMMA Dadang Asikin mengatakan sasaran pertumbuhan industri pengolahan tersebut cukup berat mengingat tren kontribusi dalam beberapa tahun terakhir cenderung melemah.

"Saya menilai dengan kondisi saat ini sebuah tantangan yang cukup berat yang mana dengan pertumbuhan tersebut, kontribusi industri pengolahan terhadap PDB ditargetkan meningkat," kata Dadang kepada Bisnis, dikutip Senin (4/6/2024).

Sebagaimana diketahui, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi industri pengolahan terhadap PDB sebesar 18,67% sepanjang 2023. Meskipun sumbangsihnya meningkat dari 2022 sebesar 18,34%, tetapi capaian ini lebih rendah dari 2014 yang berkontribusi 21,28%.

Dadang menilai tantangan peningkatan pertumbuhan tersebut cukup berat jika melihat data-data terakhir terkait industri dan konsumsi rumah tangga beberapa tahun terakhir hingga saat ini yang kondisinya belum membaik seperti prapandemi.

"Terlebih pemulihan yang terjadi di subsektor industri manufaktur dengan subsektor lainnya itu berbeda masih belum sama atau seimbang progress pertumbuhannya," tuturnya.

Tak hanya itu, menurut Dadang, laju pertumbuhan industri juga harus ditopang dengan peningkatan konsumsi rumah tangga. Sementara, konsumsi rumah tangga pada 2023 tumbuh 4,82% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya 4,94%.

Jika konsumsi rumah tangga masih terus menurun, produktivitas manufaktur akan terganggu, salah satunya akan berimbas terhadap kinerja industri logam dasar. Padahal, subsektor ini mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I/2024 ini mencapai 16,57% year-on-year (YoY).

"Tentunya bagi industri pengerjaan logam dasar dan mesin dalam negeri yang memproduksi peralatan untuk mendukung industri manufaktur akan terimbas dan sangat berkaitan dengan pertumbuhan industri manufaktur secara umum," jelasnya.

Dadang juga menyoroti tantangan lain untuk mencapai pertumbuhan inudstri 6% yakni arus impor barang modal yang tak terbendung akibat keterbatasan kapasitas dan teknologi yang diperlukan dan peningkatan daya saing.

Namun, industri logam dasar juga dapat memberikan sentimen positif mengingat program hilirisasi, khususnya di sektor pertambangan yang tengah digenjot Presiden Joko Widodo dan akan dilanjutkan oleh pemerintahan selanjutnya.

Faktor lainnya yaitu investasi industri di sejumlah wilayah yang akan memasuki tahap operasional pada 2025. Selain itu, pemerintah juga masif melakukan pembangunan kawasan industri seperti KIT Batang, KIK Kendal, dan lainnya. 

"Pemerintah harus atraktif dan bisa mendatangkan investasi dal julmah yang besar. Misalnya, dengan stimulus fiskal dalam bentuk superdeduction Pajak Penghasilan (PPh) untuk R&D dan vokasi serta tax Holiday untuk industri pionir," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper