Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menakar Potensi dan Tantangan Bioetanol Jadi Bahan Bakar Alternatif

Pemerintah mengungkapkan sejumlah tantangan dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi
Pertamax Green 95, bbm campuran bioetanol 5 persen, mulai dijual di sejumlah SPBU di Jakarta dan Surabaya/Bisnis-Nyoman Ary Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengungkapkan sejumlah tantangan dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN) jenis bioetanol sebagai bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor.

Direktur Konservasi Energi Ditjen EBKE Kementerian ESDM, Hendra Iswahyudi, mengatakan sejauh ini sudah ada Pertamax Green 95, BBM campuran bioetanol 5% yang dijual di 75 SPBU di Jakarta dan Surabaya.

Lebih lanjut Hendra mengatakan, implementasi penggunaan campuran bioetanol 5% pada bensin, yang dikenal dengan istilah E5, ini secara bertahap akan ditingkatkan menjadi 10% pada 2029. 

Kendati demikian, progres pengembangan bioetanol itu tergolong lambat, sebab jika mengacu Peraturan Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015, seharusnya Indonesia sudah menggunakan campuran etanol sebesar 20% pada 2025. 

"Ini kita akan reviu kembali menjadi 10% dulu, karena kita punya banyak tantangan yang terutama tentang free stock ya, karena variasi bahan baku untuk etanol sebagian besar masih berasal dari tanaman pangan," ujar Hendra dalam Podcast Factory Hub Bisnis Indonesia, dikutip Selasa (3/9/2024).

Perlu diketahui, salah satu kritik utama terhadap bioetanol adalah penggunaan tanaman pangan untuk produksi bahan bakar. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan harga pangan dan mengurangi ketersediaan makanan, terutama di negara-negara berkembang.

"Tentu saja ini perlu kita susun peta jalannya, tata niaga bioetanol dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dalam negeri dan kesiapan infrastruktur,"  katanya.

Alhasil, dia mengatakan perlu adanya kebijakan untuk mengakselerasi industri bioetanol. Sebab, dari 13 industri bioetanol yang ada, hanya dua yang memenuhi kriteria untuk bisa masuk sebagai fuel grade, yang lain adalah food grade.

Selain itu, pengembangan bioetanol juga menghadapi kendala dalam harga dan cukai yang hingga saat ini masih diterapkan pada etanol, yang merupakan bahan baku bioetanol.

Adapun, cukai etanol tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 160/2023 tentang Tarif Cukai Etil Alkohol, Minuman yang Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat yang Mengandung Etil Alkohol.

Berdasarkan beleid tersebut, etanol tanpa golongan dalam kadar berapapun dikenakan cukai Rp20.000 per liter untuk produksi dalam negeri dan luar negeri.

Tantangan lainnya yaitu dari sisi pengelolaan lahan yang berkelanjutan, efisiensi energi dari produksi bioetanol, serta pengembangan infrastruktur yang memerlukan investasi yang signifikan.

Siklus Positif Bioetanol

Kendati menghadapi sejumlah tantangan dalam pengembangannya, bioetanol juga memiliki siklus positif yang dapat menguntungkan petani hingga memajukan industri bahan bakar nabati.

Direktur IMATAP Ditjen ILMATE Kemenperin Dodiet Prasetyo, mengatakan sejatinya Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan bioetanol. 

"Pertama alasannya karena etanol ini tidak memerlukan infrastruktur baru, artinya bisa tetap menggunakan eksisting infrastruktur yang sudah ada. Kemudian yang kedua adalah success story secara bertahap mandatori biodiesel mungkin bisa dijadikan sebagai acuan," jelas Dodit.

Tak hanya itu, menurutnya pengembangan bioetanol dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi para petani. Sebab, bioetanol merupakan bahan bakar nabati yang diproduksi dari bahan-bahan organik seperti jagung, tebu, dan bahan baku selulosa lainnya.

Dia juga mengatakan kebutuhan secara global terkait etanol semakin meningkat, terbukti dari negara-negara yang produksi etanol dalam jumlah besar seperti India, AS hingga Brazil terus meningkatkan produksinya. 

"Artinya ketahanan energi ini merupakan isu yang sudah menjadi global, dan terkait penyediaan energi bersih etanol ini merupakan menjadi salah satu yang memang akan dikerjakan secara bersama oleh pemerintah," pungkas Dodiet.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper