Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik Iran-Israel Memanas, Risiko Volatilitas Pasar Komoditas dan Saham Melonjak

Konflik Iran-Israel yang memanas diperkirakan meningkatkan risiko volatilitas pasar komoditas dan saham.
Asap akibat ledakan setelah militer Israel mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi sebagian kota di Khan Younis, Gaza Selatan, Senin (22/7/2024). Bloomberg/Ahmad Salem
Asap akibat ledakan setelah militer Israel mengeluarkan perintah untuk mengevakuasi sebagian kota di Khan Younis, Gaza Selatan, Senin (22/7/2024). Bloomberg/Ahmad Salem

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar komoditas dan saham global akan mengalami volatilitas yang cukup besar menyusul eskalasi konflik di Timur Tengah yang dipicu serangan rudal yang dilancarkan Iran ke Israel.

Laporan dari Bank Mandiri yang dikutip pada Rabu (2/10/2024) menjelaskan, serangan itu dilakukan sebagai balasan atas operasi Israel terhadap Hizbullah, menyusul tewasnya seorang pemimpin Hizbullah. 

Israel juga telah berjanji akan membalas, dengan Perdana Menteri Netanyahu menyatakan Iran akan membayar atas tindakannya. Sementara itu, kapal perusak Angkatan Laut AS membantu Israel dengan mencegat rudal Iran, yang menunjukkan dukungan kuat AS. 

"Konflik telah meningkat, menimbulkan kekhawatiran atas ketidakstabilan regional lebih lanjut dan dampak ekonomi," jelas laporan tersebut.

Serangan tersebut juga telah memicu kenaikan harga minyak dunia dan aset safe haven. Tercatat harga minyak jenis Brent dan WTI melonjak hingga lebih dari 2% menyusul serangan rudal Iran terhadap Israel. Hal tersebut didorong oleh kekhawatiran akan potensi gangguan pasokan di wilayah tersebut.

Sementara itu, aset safe haven seperti emas mengalami peningkatan lebih dari 1% karena investor berusaha melindungi diri dari meningkatnya risiko geopolitik.

Adapun, pasar saham terpantau turun, dengan indeks utama di AS dan negara-negara lain jatuh karena kepercayaan investor melemah seiring dengan meningkatnya ketegangan.

Laporan itu menambahkan konflik ini juga berpotensi memicu gangguan pada rute perdagangan global. Kekhawatiran meningkat tentang kemungkinan penutupan Selat Hormuz, rute penting untuk pengiriman minyak global, meski pasar masih memperkirakan jalur tersebut akan tetap terbuka untuk saat ini.

"Serangan tersebut telah meningkatkan risiko geopolitik, yang memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas yang dapat menimbulkan volatilitas lebih lanjut di pasar komoditas dan keuangan," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper