Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Sebut Tekanan Inflasi Berpotensi Meningkat pada Akhir Tahun, Ini Pemicunya

Bank Mandiri memperkirakan inflasi 2024 akan berada di 2,57% (YoY). Tekanan inflasi dipengaruhi perhelatan Pilkada hingga efek musiman.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2024 mencatatkan deflasi sebesar 0,12% secara bulanan (month to month/MtM) atau secara tahunan terjadi inflasi 1,84% (year on year/YoY).

Sementara secara tahun berjalan, inflasi mencapai 0,74% (year to date/YtD), lebih rendah periode yang sama pada tahun lalu yang sebesar 1,70% (YtD).

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa deflasi bulanan yang terjadi selama 5 bulan beruntun mencerminkan pasokan domestik yang kuat, terutama pada sektor pangan. Peningkatan produksi telah mendorong penurunan harga.

Namun demikian, deflasi ini kata Andry masih bersifat sektoral, dengan penurunan yang paling signifikan terjadi di sektor makanan dan transportasi. 

Andry memperkirakan, stabilitas harga energi global dan tidak adanya perubahan besar pada subsidi bahan bakar domestik akan menjaga inflasi tetap rendah sepanjang sisa tahun ini. Meski demikian, menurutnya tekanan inflasi menjelang akhir tahun masih berpotensi meningkat.

"[Tekanan inflasi] didorong oleh pemilihan kepala daerah dan efek musiman, yang dapat meningkatkan pengeluaran untuk barang dan jasa impor," katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (1/10/2024).

Andry mengatakan, bank-bank sentral telah menurunkan suku bunga, yang menandakan meningkatnya dukungan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. 

Federal Reserve atau The Fed yang baru-baru ini memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin dan memberi sinyal penurunan lebih lanjut telah menciptakan sentimen pasar yang positif, yang mengarah pada apresiasi rupiah.

Bank Indonesia (BI) pun telah menurunkan BI Rate, yang didukung oleh membaiknya kepercayaan di pasar keuangan global dan stabilitas rupiah. 

"Dengan perkembangan ini, kami memperkirakan dampak dari imported inflation akan berkurang. Secara keseluruhan, kami telah merevisi turun proyeksi inflasi domestik menjadi 2,57% [YoY] untuk tahun ini, lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya," kata Andry.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper