Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Martha Tilaar Ungkap Nasib Industri Kosmetik di Tengah Pelemahan Daya Beli

CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar mengungkap kondisi industri kosmetik nasional di tengah pelemahan daya beli masyarakat
CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar saat sesi keempat bertema Be Agile, Be Relevant : Growing in The Turbulent Beauty Industry dalam acara Indonesia Industry Outlook 2025 Conference di Jakarta, Rabu (23/10/2024)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar saat sesi keempat bertema Be Agile, Be Relevant : Growing in The Turbulent Beauty Industry dalam acara Indonesia Industry Outlook 2025 Conference di Jakarta, Rabu (23/10/2024)/Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Martha Tilaar Group mengungkap kondisi industri kosmetik nasional yang masih dalam tren pertumbuhan positif meskipun mulai terlihat sinyal pelemahan daya beli pada periode triwulan III/2024. 

CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar mengatakan, industri kosmetik nasional terus mengalami pertumbuhan pesat, utamanya produk skincare hingga parfum dalam beberapa tahun terakhir. 

"Industri ini menjadi ramai dan sangat kompetitif, kalau ada yang bilang Red Ocean, ini sudah Black Ocean saking sudah banyaknya pemain," kata pria yang akrab disapa Kiki dalam agenda Indonesia Industry Outlook 2025 Conference, Rabu (23/10/2024).

Berdasarkan data Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), industri kosmetik terus mengalami pertumbuhan. Periode 2010-2019, tercatat sebanyak 700 pemain industri, hingga September 2024 yang terdaftar sebanyak 1.700 pelaku usaha kosmetik. 

Pangsa pasar industri kosmetik nasional mencapai US$1,93 miliar per tahun dengan pertumbuhan konstan di level 5,16% year-on-year (yoy). Dia menilai pasar kosmetik dalam negeri masih sangat kompetitif. 

"Tahun 2021-2023 itu ada peningkatan middle income, meskipun sekarang turun ya, kebutuhan mereka [konsumen] untuk merawat diri tetap naik. Cuma di kuartal III ini agak-agak fenomena ada sedikit penurunan nih, kuartal III dan menjelang kuartal IV ini memang agak sedikit penurunan," ujarnya. 

Dia menerangkan bahwa skincare mulai menjamur sejak pandemi di mana masyarakat tidak berpergian sehingga yang paling sering diperlukan skincare untuk perawatan. 

Sejak pandemi usai pun, bisnis skincare masih tumbuh karena munculnya kesadaran pola hidup yang sehat, termasuk merawat kondisi kulit, rambut, wajah, dan lainnya. 

"Apakah skincare akan kurang? Menurut saya nggak karena skincare itu ada perawatan, mau nggak mau itu daily routine ya. Semua orang mesti cuci muka, semua orang pasti pakai sunscreen, krim malam," jelasnya. 

Riset terbaru dari Investure bertajuk Indonesia Industry Outlook 2025 menunjukkan di tengah daya beli kelas menengah yang menurun, industri kecantikan termasuk parfum masih dipertahankan konsumsinya. Produk yang dimaksud yakni parfum, sunscreen, dan perawatan rambut. 

Terlebih dalam laporan tersebut menyebutkan bahwa 58% konsumen terutama Gen Z menganggap bahwa brand kosmetik atua skincare yang lama masih relevan kualitasnya sehingga mendapat kepercayaan konsumen yang tinggi. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper