Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi IMF: Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara BRICS Lebih Moncer dari G7

Ekonomi global ke depannya diperkirakan akan memberi porsi lebih besar kepada negara-negara yang lebih miskin tetapi berpopulasi lebih banyak dari negara maju.
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov
Para pemimpin negara-negara BRICS+ berfoto dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia pada Kamis (24/10/2024). / Pool via Reuters-Maxim Shipenkov

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru International Monetary Fund atau IMF mengungkap peluang bahwa dunia akan semakin bergantung pada kelompok ekonomi berkembang BRICS untuk mendorong ekspansi, dibandingkan negara-negara barat yang lebih kaya seperti G7.

Hal itu tercantum dalam World Economic Outlook edisi Oktober 2024 yang diterbitkan IMF atau Dana Moneter Internasional pada awal pekan ini. Laporan tersebut berjudul "Policy Pivot, Rising Threats" yang berarti Pergeseran Kebijakan, Meningkatnya Ancaman.

Terdapat sejumlah perbedaan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari laporan terakhir IMF pada enam bulan lalu. Salah satu yang paling kentara, terdapat peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dalam lima tahun mendatang dari negara-negara BRICS.

Temuan potensi ekonomi BRICS itu mengacu pada paritas daya beli. Berdasarkan perhitungan itu pula, kontribusi ekonomi dari negara-negara maju di kelompok Group of Seven (G7), seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang justru direvisi turun.

"China akan menjadi kontributor teratas bagi pertumbuhan global selama lima tahun ke depan, dengan bagiannya 22% lebih besar daripada semua negara G7 secara keseluruhan, menurut perhitungan Bloomberg menggunakan perkiraan IMF terbaru," dikutip dari Bloomberg pada Jumat (25/10/2024).

Setelah China, India diperkirakan akan menambah hampir 15% dari total bagiannya terhadap perekonomian global. Hal itu menjadikan negeri Bharat sebagai salah satu raksasa pertumbuhan global lainnya.

Bloomberg juga menemukan bahwa beberapa perkiraan untuk negara-negara lain juga menggambarkan bagaimana ekonomi dunia menjadi lebih bergantung pada pasar berkembang, terutama berdasarkan ukuran daya beli dengan pendekatan upaya penyesuaian harga.

Bukan hanya itu, ekonomi dunia juga memberi porsi yang lebih besar kepada negara-negara yang lebih miskin tetapi berpenduduk lebih banyak dibandingkan negara-negara maju.

Bloomberg memperkirakan bahwa Mesir akan menambah 1,7% pada pertumbuhan global dalam kurun 2024—2029, sama dengan Jerman dan Jepang. Lalu, Vietnam diperkirakan akan memberikan kontribusi 1,4%, laju kenaikan yang sama dengan Prancis dan Inggris.

Negeri Paman Sam yang perkasa selama 25 tahun terakhir, terutama pada periode pascapandemi, menjadikannya kontributor terbesar bagi pertumbuhan dunia di antara negara-negara maju.

Namun demikian, China belum mampu mempertahankan pangsa ekonomi globalnya dalam hal paritas daya beli (purchasing power parity/PPP) dibandingkan dengan trajektori India dan China sebagai negara dengan populasi terbanyak di dunia.

Adapun, dua negara G7 dengan ekonomi terkecil, yakni Kanada dan Italia diperkirakan masing-masing berkontribusi kurang dari 1% terhadap pertumbuhan ekonomi dunia hingga 2029 mendatang.

Laju ekonomi Kanada dan Italia itu lebih rendah dibandingkan negara-negara yang jauh lebih miskin tetapi populasinya lebih besar, seperti Bangladesh, Mesir, atau Filipina.

Kontribusi negara-negara terhadap pertumbuhan ekonomi global. / dok. Bloomberg
Kontribusi negara-negara terhadap pertumbuhan ekonomi global. / dok. Bloomberg

IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global

IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2025 dan memperingatkan meningkatnya risiko, dari perang hingga proteksionisme perdagangan.

IMF memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan meningkat 3,2% tahun depan. Proyeksi ini lebih rendah 0,1 poin persentasi dari rilis WEO sebelumnya pada Juli 2024.

Adapun, outlook pertumbuhan ekonomi tahun ini tidak berubah pada 3,2%, sedangkan inflasi global diperkirakan melambat menjadi 4,3% pada 2025 dari 5,8% tahun ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, IMF telah memperingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia cenderung landai dalam jangka menengah. Hal ini membuat negara-negara kekurangan sumber daya untuk mengurangi kemiskinan dan menghadapi perubahan iklim.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan risiko-risiko global semakin meningkat dan ekonomi global sedang dalam ketidakpastian yang semakin besar.

"Ada risiko geopolitik, dengan potensi eskalasi konflik regional, yang dapat memengaruhi pasar komoditas. Ada peningkatan proteksionisme, kebijakan-kebijakan proteksionis, gangguan-gangguan dalam perdagangan yang juga dapat mempengaruhi aktivitas global," ujar Gourinchas seperti dikutip Bloomberg, Rabu (23/10/2024).

Meskipun prospek IMF tidak secara eksplisit menyebutkan pilpres AS pada November mendatang, perhelatan politik AS tersebut akan pertemuan tahunan menteri keuangan dan gubernur bank sentral dunia di markas besar IMF dan World Bank di Washington, yang berjarak hanya tiga blok dari Gedung Putih.

Proyeksi IMF terhadap Ekonomi Indonesia

IMF memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan mencapai 5,0%. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap berada di tren 5%.

Sayangnya, perkiraan IMF ke depan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak menunjukkan kenaikan yang signifikan. Misalnya, pada 2025 laju ekonomi diperkirakan hanya mencapai 5,1%.

Bahkan, IMF memproyeksikan bahwa pada 2029 pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap di 5,1%.

Seperti diketahui, 2029 merupakan akhir masa jabatan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan wakil presidennya, Gibran Rakabuming Raka.

Padahal, Prabowo bercita-cita untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8%. Proyeksi IMF itu seolah menunjukkan bahwa ambisi Prabowo masih cenderung sulit tercapai.

Adapun, indikator lainnya yang diproyeksikan oleh IMF adalah inflasi Indonesia akan stabil di 2,3% pada 2024. Lalu, neraca transaksi berjalan 2024 diperkirakan -1,0%, dan tingkat pengangguran pada 2024 sebesar 5,2%. (Aprianto Cahyo Nugroho)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper