Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Menang Pilpres Lagi, Pengusaha Sawit RI Pede Ekspor CPO Melesat

Gapki meyakini kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor sawit atau CPO Indonesia.
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina
Kumpulan buah sawit yang telah lepas dari tandan sebelum dikirim ke pabrik kelapa sawit PT Sahabat Mewah dan Makmur, Belitung Timur, Rabu (28/8/2024). / Bisnis-Annasa Rizki Kamalina

Bisnis.com, MANGUPURA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) meyakini dengan kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2024 akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia. 

Ketua Gapki Eddy Martono mengatakan, optimisme tersebut lantaran Trump dinilai akan memiliki kebijakan untuk menghentikan perang di Timur Tengah yang menjadi salah satu biang kerok tren penurunan ekspor dalam beberapa tahun terakhir. 

"Secara global ekonomi, sangat berpengaruh sehingga ekonomi negara-negara bisa meningkat. Itu akan memengaruhi ekspor kita. Ekspor kita kan turun tahun ini. Salah satunya pengaruh dari itu juga, selain memang ada persaingan minyak nabati lain," kata Eddy di konferensi pers Indonesian Palm Oil Conference 2024 and 2025 Price Outlook atau IPOC 2024, Kamis (7/11/2024).

Eddy menerangkan, tak hanya ekspor CPO ke Amerika Serikat yang akan melesat, ekspor ke negara lainnya pun akan meningkat lantaran pulihnya kondisi geopolitik global akan memengaruhi kondisi ekonomi dunia. 

Untuk diketahui, ekspor CPO Indonesia ke AS saat ini dikisaran 2,5 juta ton. Sementara itu, secara keseluruhan ekspor periode Januari-Agustus 2024 mencapai 20,1 juta ton. 

Sementara itu, tren volume ekspor CPO terus menurun dalam beberapa tahun terakhir. Data Gapki menunjukkan total nilai ekspor tahun 2023 sebanyak US$30 miliar turun dari US$39 miliar atau setara Rp600 triliun pada tahun sebelumnya.

"Kita ekspor ke AS sekarang sekitar 2,5 juta ton. Memang sudah meningkat terus, dari tahun ke tahun kita meningkat. Tapi utamanya di negara-negara lain juga, itu kan terpengaruh juga. Contoh China juga, China kita turunnya cukup drastis," jelasnya. 

Dia menerangkan bahwa ekspor CPO mengalami penurunan lantaran terganggunya biaya angkutan logistik yang melonjak tinggi. Untuk itu, berakhirnya perang di Timur Tengah dapat memberikan berkah bagi industri CPO. 

Lebih lanjut, dari segi harga CPO, Eddy melihat dengan proyeksi kondisi pemulihan dan program mandatori biodiesel B40, harga CPO diperkirakan akan kembali meningkat. Meskipun, Eddy tak begitu mengharapkan harganya melesat tinggi karena dapat memicu inflasi.

"Hari ini sudah naik lagi, kemudian secara rupiahnya sudah menyentuh ke angka Rp15.000 per kg. Jadi ini kita sebenarnya kalau bisa yang normal-normal aja, jangan lebih lagi atau misalnya di angka sekitar Rp13.000-Rp14.000 per kg," pungkasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper