Bisnis.com, MEDAN- PT Mahkota Group Tbk (MGRO) berhasil menggaet Monsoon Carbon untuk kerjasama proyek penjualan kredit karbon di pasar internasional dari pengembangan energi ramah lingkungan berbentuk penangkapan gas metana dari operasional pabrik Biogas PT Intan Sejati Andalan di Bengkalis, Riau.
Dari kawasan pembangkit listrik bertenaga biogas tersebut diproyeksikan bisa menghasilkan kredit karbon sedikitnya 95 ribu MTCO2 untuk ditawarkan ke pembeli. Monsoon Carbon adalah agen pasar kredit karbon yang berkantor di Singapura dengan portofolio kredit karbon dari sejumlah proyek energi terbarukan di kawasan Asia dan Afrika, seperti PLTA Dadin Kowa di Nigeria, PLTA Xenamnoy 1-2 di Laos, Sejumlah proyek biogas di Malaysia, pembangkit listrik tenaga angin Nhon Hoa 1 dan Ea Nam di Vietnam, pembangkit listrik tenaga matahari Dau Tieng 2 di Vietnam hingga proyek Malindi Solar Farm di Kenya.
Direktur Utama Mahkota Group, Usli Sarsi mengatakan proyek kawasan Integrated Sustainable Agro Industry kelapa sawit seluas 25 hektare di lokasi pabrik Duri 13, Desa Bathin Sobanga, Kecamatan Bathin Solapan, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau sudah masuk dalam proyek komersial Monsoon Methane Avoidance sebagai proyek kerjasama penjualan kredit karbon ke pasar karbon dunia.
“Monson Carbon berencana mendaftarkan proyek ini pada Maret 2025 sebagai kredit karbon pabrik biogas. Mereka sudah berhasil melakukan proyek ini sebelumnya di Malaysia sehingga kami harapkan proyek kami bisa lebih sukses lagi,” ujarnya di Medan, Selasa (5/11).
Menurut Usli Sarsi, kerjasama dengan Monson memberi peluang penjualan proyek kredit karbon dari kawasan Integrated Sustainable Agro Industry bisa lebih optimal dan sukses di pasar global.
Prakarsa Perjanjian Metana Global diluncurkan pada COP26 (konferensi perubahan iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke 26), yang bertujuan untuk mengurangi emisi metana antropogenik paling sedikit 30%
pada tahun 2030.
Mengurangi emisi dari metana juga menjadi prioritas di Indonesia, di mana metana menyumbang sekitar 33,7% dari seluruh emisi gas rumah kaca (GRK). Di Indonesia, ungkap Usli Sarsi, sektor agrikultur merupakan penyumbang emisi yang signifikan, terutama dari pengolahan tanaman seperti kelapa sawit, tebu, dan singkong.
Masalah utamanya adalah besarnya volume air limbah yang dihasilkan, yang kaya akan nutrisi dan bahan organik. Praktik yang umum dilakukan adalah menyimpan dan mengolah air limbah ini di kolam terbuka. Namun, ketika bahan organik terurai, dapat menghasilkan metana, gas rumah kaca (GRK) yang kuat lepas ke atmosfer bumi, sehingga berkontribusi besar terhadap emisi.
“Jadi kami bersama Monson ingin memperkuat komitmen untuk memasarkan proyek agribisnis ramah lingkungan. Salah satunya dengan membangun pabrik biogas untuk kebutuhan sendiri dari sumber energi hijau seperti proyek kami di Bengkalis, Riau itu.”
Mahkota Group menyediakan sejumlah dana pengembangan investasinya untuk pengembangan green project dengan harapan berkembang sebagai perusahaan yang efisien, menguntungkan, dan ramah lingkungan di sektor agroindustri kelapa sawit.
Proyek kawasan Integrated Sustainable Agro Industry di Duri 13 saat ini mengolah sekitar 1.200 ton tandan buah segar (TBS) per hari, menghasilkan sekitar 264 ton limbah tandan kosong (tankos) dan sekitar 60% limbah cair.