Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi 2024 Sulit Capai 5,1% Meski Ada Momen Pilkada dan Nataru

Target pertumbuhan ekonomi 5,1% pada 2024 diproyeksikan akan sulit tercapai, meski pada akhir tahun terdapat momentum Pilkada serta libur Natal dan Tahun Baru.
Siluet warga beraktivitas dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Siluet warga beraktivitas dengan latar gedung bertingkat di Jakarta, Rabu (2/10/2024). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Target pertumbuhan ekonomi yang sebesar 5,1% pada 2024 diproyeksikan akan sulit tercapai, meski pada akhir tahun terdapat momentum pemilikan kepada daerah (Pilkada) serta libur Natal dan Tahun Baru. 

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menyampaikan secara tren sepanjang tahun ini terjadi perlambatan ekonomi bahkan sejak kuartal pertama dan mengindikasikan adanya tekanan dari berbagai faktor, termasuk ketidakpastian global dan moderasi konsumsi domestik. 

“Dengan tren seperti ini, sangat sulit bagi ekonomi untuk tiba-tiba melompat ke level 5,3% di kuartal IV/2024,” ujarnya kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (14/11/2024). 

Apalagi, kata Yusuf, indikator utama yang berkaitan dengan konsumsi rumah tangga tidak terlalu baik perkembangannya. 

Mulai dari Indikator Penjualan Riil yang secara bulanan pada Oktober diproyeksikan akan mengalami kontraksi pertumbuhan di angka 0,5%. Padahal di tahun lalu di periode waktu yang sama, pertumbuhan penjualan riil itu mencapai 3,2%. 

Indikator lain yang juga menggambarkan terkait kondisi perekonomian pada kuartal terakhir adalah Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur yang pada Oktober masih berada pada level kontraksi di level 49,2. 

Kondisi ini menunjukkan masih lemahnya permintaan barang dari masyarakat dan berdampak terhadap penyesuaian produksi yang dilakukan oleh berbagai perusahaan di sektor manufaktur.

“Meskipun ada katalis positif dari pelaksanaan Pilkada serentak dan momentum Natal dan Tahun Baru [Nataru], saya berpendapat dampaknya tidak akan cukup signifikan untuk mendorong pertumbuhan hingga 5,3%,” ujarnya. 

Meskipun Pilkada memang berpotensi menggerakkan ekonomi melalui peningkatan belanja politik dan aktivitas kampanye. Namun, efeknya cenderung terlokalisir dan tidak merata secara nasional. Di mana penyelenggaraan Pilkada di level provinsi efeknya tidak akan sama dengan perayaan Pilkada di level Kabupaten. 

Sementara momentum Nataru, meski mampu mendorong konsumsi dan pariwisata, durasi dampaknya relatif singkat yakni hanya di penghujung kuartal.

Meski demikian, Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso tetap berharap pada momentum tersebut agar target pemerintah 5,1% tercapai.   

"Perlu kerja keras kita, khususnya untuk government spending juga harus tinggi karena siklusnya di kuartal IV itu kan biasanya tinggi government spending," tuturnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Selasa (12/11/2024). 

Berdasarkan siklus tersebut, umumnya pemerintah melakukan belanja modal besar-besaran pada akhir tahun. 

Sementara adanya kebijakan pemangkasan anggaran perjalanan dinas para pegawai pemerintahan, Susi menilai tidak akan berdampak besar kepada government spending sepanjang bukan belanja modal yang dipangkas. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper