Namun, di sebagian daerah lain di Jawa Timur, elektrifikasi juga bisa berbentuk lampu pengumpul hama untuk komoditas sayur-sayuran. Lalu, ada lampu penumbuh tanaman alias grow lamp untuk buah naga dan jenis buah lainnya.
Semua upaya ini intinya berguna untuk membantu pegiat agrikultur di Tanah Air meraih efisiensi biaya produksi, meningkatkan hasil panen, serta membantu regenerasi peralatan produksi yang lebih ramah lingkungan.
Berdasarkan data PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur, sudah ada 2.494 petani di Kabupaten Nganjuk yang beralih menggunakan listrik PLN selama 5 tahun terakhir. Sementara itu, hingga Maret 2024, ada penambahan pelanggan hingga 344 petani.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan melalui program elektrasi agrikultur, PLN ingin mendukung pelaku usaha untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional yang berujung pada peningkatan keuntungan. Program ini juga membuat kegiatan usaha dari pelaku bisnis menjadi lebih ramah lingkungan.
“Kami yakin dengan penggunaan berbagai inovasi teknologi agrikultur berbasis listrik membawa pelaku usaha menjadi lebih modern yang membuat produktivitas mereka meningkat signifikan dibandingkan dengan menggunakan energi fosil,” ucapnya.
Secara keseluruhan, program elektrifikasi agrikultur PLN telah mencapai lebih dari 241.700 pelanggan sepanjang 2023. Jumlah tersebut meningkat sekitar 25% dibandingkan dengan 2022 yang berjumlah 193.058 pelanggan.
Baca Juga
Pada tahun lalu, total daya tersambung program elektrifikasi agrikultur mencapai 3.647 MVA atau tumbuh 16% dibandingkan dengan capaian 2022. Konsumsi listrik program ini naik 9% secara tahunan menjadi lebih dari 5,12 terawatt hour (TWh).