Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemendag Ketar-ketir, Kebijakan Tarif Trump Ancam Ekspor RI

Kebijakan luar negeri ‘America First’ yang digaungkan Trump berpotensi berdampak pada perdagangan ekspor Indonesia
ILUSTRASI. Presiden RI Prabowo Subianto menelepon Presiden terpilih AS Donald Trump. Dok Reuters, Setpres RI
ILUSTRASI. Presiden RI Prabowo Subianto menelepon Presiden terpilih AS Donald Trump. Dok Reuters, Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut kemenangan Donald Trump yang kembali terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) periode dua menjadi salah satu tantangan geopolitik global, termasuk Indonesia.

Kepala Badan Kebijakan Perdagangan Kemendag Fajarini Puntodewi mengatakan bahwa kebijakan luar negeri ‘America First’ yang digaungkan Trump berpotensi berdampak pada perdagangan ekspor Indonesia.

Pasalnya, Trump mengeluarkan kebijakan perdagangan dengan mengenakan penambahan tarif sebesar 10%-20% terhadap semua barang yang masuk ke AS.

Dewi menjelaskan kebijakan ini dilakukan sebagai langkah Negara Paman Sam melindungi perekonomian dalam negeri. Selain itu, Dewi menambahkan Trump juga menaikkan tarif impor barang dari China hingga 100%.

“Dengan kebijakan ini akan ada dampak, baik perdagangan dengan AS maupun China. Di mana, kedua negara ini merupakan mitra utama perdagangan Indonesia,” kata Dewi dalam acara Gambir Trade Talk #17 bertajuk Outlook Perdagangan Luar Negeri Indonesia Tahun 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (19/11/2024).

Kendati demikian, Dewi menuturkan bahwa perdagangan ekspor Indonesia mencatatkan surplus dan tren yang melaju saat periode pertama Trump. Dia pun berharap kebijakan yang dikeluarkan Trump di periode kedua tidak mengganggu laju kinerja ekspor Indonesia.

“Tentu kita berharap di [periode] Trump kedua tidak terlalu banyak terjadi perubahan terhadap kinerja ekspor kita,” ujarnya.

Namun, Dewi memperkirakan kebijakan yang dikeluarkan Trump di periode kedua ini akan memicu kenaikan harga.

"Karena harga-harga jadi mahal tetapi nggak hanya Indonesia, semuanya juga seperti itu. Hanya kan dengan adanya penambahan tarif lagi buat China mudah-mudahan kita bisa ambil peluang ini,” pungkasnya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Oktober 2024 mencapai US$217,24 miliar atau naik 1,33% dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Sejalan dengan total ekspor, nilai ekspor nonmigas yang mencapai US$204,21 miliar juga naik 1,48%.

BPS mengungkap, sebagian besar komoditas dengan nilai ekspor nonmigas mengalami peningkatan pada Oktober 2024. Di mana, peningkatan terbesar pada lemak dan minyak hewani/nabati sebesar US$1.046,5 juta atau sebesar 52,67%. Sementara yang mengalami penurunan adalah logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$102,0 juta atau 14,46%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper