Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Sesuaikan Kebijakan Soal Investasi Asing Jelang Pemerintahan Jilid II Trump

Thailand mengambil langkah-langkah untuk menarik lebih banyak investasi asing guna mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Papan indeks Bursa Efek Thailand (SET) dalam papan elektronik bursa di Bangkok./Bloomberg-Taylor Weidman
Papan indeks Bursa Efek Thailand (SET) dalam papan elektronik bursa di Bangkok./Bloomberg-Taylor Weidman

Bisnis.com, JAKARTA - Thailand mengambil langkah-langkah untuk menarik lebih banyak investasi asing guna mempercepat pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Negeri Gajah Putih juga bersiap menyesuaikan kebijakannya untuk menghadapi potensi perubahan perdagangan dunia seiring kepemimpinan Presiden AS terpilih Donald Trump yang menyuarakan mengutamakan ekonomi dalam negerinya. 

Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra menuturkan dia ingin memposisikan negaranya sebagai tujuan pilihan untuk investasi di pusat data dan semikonduktor. Dia menambahkan, negara itu telah membuat beberapa kemajuan dalam hal ini dengan mengamankan komitmen dari perusahaan-perusahaan seperti Google milik Alphabet Inc. dan Microsoft Corp. 

Ekonomi Thailand bernilai US$500 miliar berada dalam kondisi yang jauh lebih baik saat ini dibandingkan saat koalisi pimpinan Pheu Thai berkuasa setahun yang lalu, kata perdana menteri itu. Berusaha memastikan pertemuan para pemimpin bisnis Thailand dan asing di Forbes Global CEO Conference di Bangkok pada hari Kamis, Paetongtarn mengatakan periode ketidakpastian politik telah berakhir dan bahwa keberlanjutan kebijakan merupakan prioritas bagi pemerintahannya.

Paetongtarn mulai berkuasa pada September 2024 setelah pendahulunya, Srettha Thavisin, digulingkan dalam putusan pengadilan yang memicu kekacauan politik.

“Jika politik sangat stabil, semuanya akan menjadi lebih stabil. Orang-orang akan lebih percaya bahwa Thailand tidak akan banyak berubah. Mereka akan lebih percaya diri untuk berinvestasi," katanya dikutip dari Bloomberg, Selasa (3/12/2024).

Kembalinya pemerintahan sipil setelah pemerintahan yang didukung militer selama hampir satu dekade juga telah menyebabkan lonjakan janji investasi oleh perusahaan-perusahaan swasta. 

Namun, serangkaian petisi hukum terhadap Paetongtarn dan Partai Pheu Thai telah menimbulkan kekhawatiran tentang ketidakstabilan politik baru dengan pendirian kerajaan konservatif negara itu yang berusaha menegaskan kembali cengkeramannya pada kekuasaan.

Badan Investasi Thailand melaporkan lonjakan 42% dalam nilai proposal investasi menjadi 723 miliar baht atau US$21 miliar dalam sembilan bulan pertama tahun ini, level tertinggi sejak 2015. 

Perusahaan perancang chip Nvidia Corp. akan mengungkap rencana investasi Thailand pada Desember, sementara perusahaan seperti Seagate Technology Holdings dan Western Digital Corp. ingin meningkatkan investasi dalam operasi lokal, menurut para pejabat.

“Kita perlu memastikan bahwa kita siap untuk investasi terutama pusat data dan semikonduktor. Thailand perlu mengumumkan kepada dunia bahwa kita siap untuk investasi masa depan," jelasnya.

Paetongtarn mengatakan pemerintahnya siap untuk menyesuaikan kebijakan untuk mendukung sektor ekspornya jika terkena dampak kebijakan perdagangan Presiden terpilih Donald Trump. 

Jaminan Paetongtarn datang sehari setelah sebuah studi menunjukkan ekonomi Thailand berpotensi kehilangan sekitar 160,5 miliar baht, memangkas sekitar 90 basis poin dari proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto sebesar 3% tahun depan.

Pandangan Thaksin

Sebelumnya, Paetongtarn mengatakan Thailand dapat melampaui target pertumbuhan tahun depan karena pemerintah akan meningkatkan investasi publik dan jika dapat memastikan stabilitas politik. Dia berjanji untuk menyelesaikan sisa masa jabatan tiga tahun pemerintahannya dan langkah-langkah stimulus baru pada awal Desember.

Dia menuturkan, pemerintah Thailand sedang meletakkan dasar bagi negara untuk keluar dari perangkap pendapatan menengah atau middle income trap dalam 5 tahun.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper