Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Estimasi Ongkos Freeport Indonesia untuk Pengelolaan Limbah Tailing

Freeport Indonesia menggelontorkan dana miliaran rupiah per hektare untuk pengelolaan tailing.
Salah satu area penelitian MP21 milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah./Bisnis-M. Nurhadi
Salah satu area penelitian MP21 milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua Tengah./Bisnis-M. Nurhadi

Bisnis.com, MIMIKA — PT Freeport Indonesia (PTFI) mengeklaim mengucurkan dana miliaran rupiah per hektare untuk urusan pengelolaan tailing.

Tailing merupakan salah satu limbah yang dihasilkan dari operasional tambang tembaga dan emas Freeport Indonesia yang berbentuk sisa air dan bebatuan alamiah di permukaan tanah yang sangat halus setelah konsentrat terpisah dari bijih di pabrik pengolahan.

Manager Environmental, Central System, and Project Freeport Indonesia Roberth Sarwom menjelaskan bahwa pusat penelitian atau pilot project pengelolaan limbah tailing berada di fasilitas MP21. Area memiliki luas sebesar 100 hektare yang berlokasi di Mimika, Papua Tengah.

Roberth menuturkan MP21 awalnya merupakan tumpukan tailing yang datang dari aliran sungai. Ketebalan yang dimiliki menurutnya sekitar 7 meter.

Di lokasi itu, lanjut dia, Freeport Indonesia melakukan kajian untuk mengembalikan fungsi ekologis. Selain itu, PTFI meneliti pemanfaatan daerah hasil pengendapan tailing tersebut kepada hal-hal yang bersifat ekonomis dan bermanfaat bagi masyarakat baik dari sisi pertanian maupun konstruksi.

“Melakukan kajian misalnya bagaimana menumbuhkan tanaman, kalau dia bisa berproduksi, dia bisa berbuah dan yang terakhir aman tidak dikonsumsi,” jelasnya, Rabu (11/12/2024).

Roberth mengungkapkan proses penelitian di MP21 masih terus berlanjut. Nantinya, hasil temuan dan kajian di area seluas 100 hektare itu akan menjadi percontohan dalam mengelola wilayah endapan yang lebih luas.

Dia mengatakan Freeport Indonesia mengucurkan dana investasi untuk pengelolaan tailing. Anggaran itu dikeluarkan salah satunya untuk biaya sumber daya manusia (sdm) yang menggarap proyek di area MP21.

“[Biaya investasi untuk pengelolaan tailing] hampir kurang lebih Rp4 miliar hingga Rp5 miliar per hektare,” jelasnya.

Lebih lanjut, limbah tailing yang dihasilkan oleh Freeport Indonesia dapat digunakan untuk kebutuhan infrastruktur. PTFI diketahui memproduksi batako, paving block, ready mix, hingga aspal filter. 

Selain itu, Roberth mengungkapkan tailing dapat digunakan untuk bahan baku semen. Menurutnya, kehadiran pabrik semen akan menekan harga semen di daerah pegunungan.

“Cuma untuk membangun pabrik semen itu harus ada beberapa pabrik lagi salah satunya pembangkit listrik. Freeport Indonesia juga melakukan kajian terkait pabrik semen ini,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper