Bisnis.com, JAKARTA - PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) atau Sampoerna meresmikan dua fasilitas produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) baru di Kota Blitar, Jawa Timur dan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Peresmian kedua pabrik ini merupakan bagian dari investasi Sampoerna pada tahun ini, yang sebelumnya juga mencakup perluasan kemitraan dengan 5 Mitra Produksi Sigaret (MPS) yang dimiliki oleh koperasi dan pengusaha daerah di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dengan tambahan investasi tersebut, saat ini Sampoerna memiliki 9 pabrik, termasuk 6 pabrik SKT, bermitra dengan 43 MPS di berbagai kota/kabupaten di pulau Jawa, dan secara keseluruhan mempekerjakan lebih dari 90.000 karyawan, baik langsung maupun tidak langsung, di seluruh Indonesia.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Rosan Perkasa Roeslani secara langsung meresmikan pabrik SKT Sampoerna yang berlokasi di Blitar dan Tegal secara bersamaan melalui daring dari Pabrik SKT Sampoerna di Surabaya.
“Penciptaan lapangan kerja berkualitas adalah prioritas utama Pemerintah. Peran Sampoerna sudah sangat luar biasa dan sejalan dengan program kami. Satu hal yang saya lihat dan rasakan hari ini adalah antusiasme, semangat, dan kebahagiaan para pekerja terutama ibu-ibu pelinting. Berarti Sampoerna sudah melakukan sesuatu yang benar dalam meningkatkan kesejahteraan karyawannya,” katanya pada acara peresmian yang digelar di Surabaya (13/12/2024), dilansir dari siaran pers.
Sesuai pesan Presiden Prabowo Subianto, sambung Rosan, tugas yang paling penting adalah menjaga investasi yang sudah ada dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Baca Juga
"Oleh karena itu, kami akan terus memberikan support dan fasilitas agar investor jangka panjang seperti Sampoerna terus bisa berinvestasi dan mengembangkan usahanya secara berkelanjutan di Indonesia, apalagi Sampoerna telah mengekspor produknya ke 30 tujuan ekspor di Asia Pasifik” tambah Rosan.
Rosan menambahkan, keberadaan Sampoerna telah menghasilkan multiplier effect yang luar biasa, mencakup petani, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), hingga supplier lokal. Dia meyakini, ada ratusan ribu orang yang terlibat dalam rantai usaha Sampoerna baik langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan yang sama, Pj. Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono turut menyampaikan apresiasi untuk rangkaian investasi Sampoerna pada tahun ini.
“Selamat dan sukses bagi Sampoerna atas dibukanya dua fasilitas produksi SKT baru di Blitar dan Tegal. Investasi ini akan menambah kemampuan untuk menyerap tenaga kerja sekaligus meningkatkan sektor ekonomi lain di sekitar pabrik," ujarnya.
Keberadaan Sampoerna pun dinilainya mendukung penurunan angka pengangguran Jawa Timur sehingga berada di level yang lebih rendah dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional.
"Kontribusi utamanya berkat SKT yang Sampoerna miliki. Saya sampaikan terima kasih karena Sampoerna selama ini telah berkontribusi bagi Pemerintah Provinsi Jawa Timur, selalu siap jika kami membutuhkan dukungan sehingga juga bisa membantu mengurangi kemiskinan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi mengatakan bahwa perseroan berkomitmen untuk dapat berkembang bersama Indonesia serta berkontribusi dalam pencapaian target pertumbuhan ekonomi 8% melalui investasi berkelanjutan, inovasi, hilirisasi, dan penyerapan tenaga kerja.
"Investasi kami di sektor padat karya SKT merupakan salah satu upaya kami untuk mewujudkan visi tersebut,” katanya.
Pembukaan dua pabrik SKT dan perluasan kemitraan dengan lima MPS baru pada tahun 2024, sambungnya, merupakan realisasi dari rencana investasi Sampoerna untuk menambah serapan tenaga kerja.
Dikabarkan, pabrik SKT baru Sampoerna di Blitar dan Tegal akan menyerap lebih dari 3.500 tenaga kerja baru, di mana 2.000 di antaranya telah mulai bekerja saat ini.
"Dari 90.000 tenaga kerja Sampoerna, mayoritas di antaranya merupakan karyawan SKT yang didominasi oleh perempuan-perempuan hebat,” papar Ivan.
Adapun, fasilitas produksi SKT di Blitar dan Tegal sendiri melengkapi 4 pabrik SKT Sampoerna yang sudah ada di Surabaya, Malang, dan Probolinggo, Jawa Timur.
Seperti keempat pabrik tersebut, Ivan mengatakan keberadaan pabrik SKT Blitar dan Tegal mampu menciptakan efek berganda yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar.
Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya usaha-usaha masyarakat yang bermunculan di sekitar pabrik, mulai dari warung kelontong, makanan minuman, jasa transportasi, hingga kos-kosan.
“Di samping itu, kami percaya investasi ini juga akan terus menjaga serapan bahan baku tembakau dan cengkih dari petani Indonesia. Seperti diketahui, penggunaan bahan baku rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkih dibandingkan rokok buatan mesin. Pabrik yang diresmikan hari ini diharapkan akan berdampak positif pada progres hilirisasi nasional melalui penyerapan bahan baku lokal untuk menghasilkan produk bernilai tambah,” ujar Ivan.
Ivan juga mengapresiasi upaya Pemerintah untuk menjaga iklim usaha dan investasi yang kondusif serta terprediksi di Indonesia, termasuk kebijakan yang mendorong kinerja sektor padat karya SKT.
Menurutnya, upaya ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja di sektor formal dan perputaran ekonomi daerah yang selanjutnya turut meningkatkan perekonomian nasional.