Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menyebut bahwa turunnya harga nikel global akan membawa manfaat bagi Indonesia, yang sedang gencar melakukan penghiliran atau hilirisasi nikel.
Berdasarkan data Bloomberg, harga nikel hari ini, Jumat (31/1/2025) berada di kisaran US$15.394 per metrik ton. Harga nikel itu telah turun 6,75% secara tahunan (year on year/YoY), meskipun sudah naik 0,43% pada tahun berjalan (year to date/YtD).
Penurunan harga nikel dinilai berkaitan dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mencabut mandat kendaraan listrik di negaranya. Berubahnya kebijakan subsidi kendaraan listrik di AS membuat prospek penjualan di sana terdisrupsi dan dikhawatirkan berpengaruh pada penjualan global.
Rosan mengaku tidak khawatir dengan harga nikel yang turun. Justru, dia melihatnya sebagai peluang bagi Indonesia yang memiliki cadangan nikel besar dan gencar melakukan penghiliran.
"Harga nikel yang turun itu membuat EV [electric vehicle atau kendaraan listrik] baterai berbasis nikel akan lebih meningkat. [Kendaraan listrik dengan baterai] LFP itu kemarin sempat banyak kenapa? Karena sempat harga nikel sangat tinggi," ujar Rosan usai konferensi pers realisasi investasi, Jumat (31/1/2025).
Menurutnya, harga nikel yang turun akan membuat investor tertarik untuk meningkatkan produksi baterai berbasis nikel, sehingga membuat prospek investasi terkait nikel di Indonesia meningkat.
Baca Juga
Rosan menyebut bahwa kendaraan listrik berbasis baterai nikel cenderung lebih baik untuk jarak tempuh jauh. Bahkan, dia mengklaim bahwa tren penggunaan baterai nikel untuk kendaraan listrik terus meningkat di luar negeri.
"Dengan harga yang tidak tinggi ini akan lebih banyak EV dengan baterai berbasis nikel," ujar Rosan.
Dia juga meyakini bahwa adopsi kendaraan listrik secara global akan terus meningkat, karena dunia terus bergerak menuju keberlanjutan (sustainability), salah satunya dengan penggunaan energi bersih (clean energy).
Rosan juga tidak khawatir bahwa adopsi kendaraan listrik akan terganggu oleh kebijakan-kebijakan Trump, seperti keputusannya untuk mengeluarkan AS dari Perjanjian Paris (Paris Agreement).
"Ini kan bukan pertama kali mereka [AS] keluar dari Paris Agreement, ini sudah yang kedua. Apakah demand EV car turun? Enggak tuh, meningkat. Jadi, kami tetap yakin ini akan terus meningkat," ujar Rosan.