Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sentimen Tarif Trump Diprediksi Tekan Bursa Asia Hari Ini

Bursa Asia diprediksi melemah hari ini usai Presiden AS Donald Trump melaksanakan ancamannya untuk mengenakan tarif umum pada barang-barang China.
Presiden AS Donald Trump berpidato setelah pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan sebagai Presiden ke-47 AS di US Capitol, Washington, Amerika Serikat pada Senin (20/1/2025). / Pool via Reuters-Julia Demaree Nikhinson
Presiden AS Donald Trump berpidato setelah pelantikan dan pengambilan sumpah jabatan sebagai Presiden ke-47 AS di US Capitol, Washington, Amerika Serikat pada Senin (20/1/2025). / Pool via Reuters-Julia Demaree Nikhinson

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia diprediksi melemah pada Senin (3/2/2025) setelah Presiden AS Donald Trump melaksanakan ancamannya untuk mengenakan tarif umum sebesar 25% pada Kanada dan Meksiko dan 10% pada barang-barang China. Sementara itu, nilai dolar AS melonjak pada awal perdagangan di Asia.

Melansir Bloomberg, ekuitas berjangka di Australia dan Jepang jatuh pada Jumat (31/12025) setelah Trump berjanji untuk mengenakan tarif. Sementara itu, mata uang AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya, mengirim dolar Kanada ke level terlemahnya sejak 2003, euro ke level terendah sejak November 2022, dan peso Meksiko ke level terendah dalam hampir tiga tahun.

Meningkatnya ketegangan perdagangan dengan cepat memicu perpindahan aset-aset safe haven seiring dengan meningkatnya ketidakpastian mulai dari inflasi dan pelonggaran kebijakan bank sentral hingga langkah Trump selanjutnya.

Di Asia, para pedagang akan fokus pada penjualan ritel Australia untuk membantu mengukur kesehatan konsumen seiring mereka terus mempertimbangkan pertaruhan terhadap pelonggaran kebijakan Reserve Bank of Australia. Sementara itu, data PMI manufaktur Caixin China juga akan diuraikan untuk membantu menilai kesehatan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.

Para pedagang akan mewaspadai perubahan besar di pasar saham di sektor-sektor yang dianggap sebagai garis depan perang dagang. Sekeranjang saham UBS Group AG yang berisiko terkena usulan tarif merosot hampir 4% pada Jumat di tengah kekhawatiran tarif akan meningkatkan inflasi dan mencapai keuntungan. 

Produsen mobil seperti General Motors Co. dan Stellantis NV, yang memiliki rantai pasokan global dan memiliki eksposur besar ke Meksiko dan Kanada, mungkin akan mengalami pergerakan yang signifikan. Produsen kendaraan listrik Tesla Inc., dan Rivian Automotive Inc. juga bisa merasakan dampaknya.

“Apa yang menjadikan masalah ini lebih merupakan kekhawatiran terhadap pasar-pasar yang berisiko, dan meningkatnya tantangan bagi para pelaku pasar dalam menentukan harga, adalah fakta bahwa Kanada begitu cepat melakukan perlawanan,” kata Chris Weston, kepala penelitian di Pepperstone Group di Melbourne.

“Pasar kini melihat lebih jauh lagi, dengan China sebagai isu yang jauh lebih besar bagi pasar global, dan kami telah mendengar bahwa mereka akan kembali melakukan perlawanan, meskipun kami memiliki kejelasan yang terbatas mengenai seperti apa hal tersebut.”

Meskipun Trump telah menjanjikan tarif perdagangan yang besar sejak kemenangannya dalam pemilu pada bulan November untuk memerangi isu-isu seperti imigrasi ilegal dan obat-obatan terlarang, saham-saham global telah menguat lebih dari 3% sementara dolar melemah tahun ini sebagai antisipasi penundaan atau penghindaran tarif seiring dengan upaya para pejabat untuk menegosiasikan kesepakatan.

“Pasar perlu secara struktural dan signifikan menetapkan kembali premi risiko perang dagang dengan pengumuman pada akhir pekan kira-kira tiga kali lebih besar dari yang diperkirakan," ujar kepala penelitian valas di Deutsche Bank, George Saravelos.

Saravelos menyebut, guncangan perdagangan yang berkelanjutan akan memiliki dampak ekonomi yang lebih besar kepada Kanada dan Meksiko dibandingkan dengan dampak Brexit di Inggris. Dia pun memperkirakan kedua negara akan memasuki resesi dalam beberapa minggu mendatang.

Penguatan dolar AS memunculkan spekulasi bahwa tarif akan memicu tekanan inflasi dan mempertahankan tingkat suku bunga AS tetap tinggi. Hal tersebut sekaligus memberikan dampak yang lebih buruk terhadap perekonomian negara-negara asing dibandingkan AS.

Hal itu juga akan menambah daya tarik safe-haven greenback. Mata uang asing terpuruk karena permintaan Amerika terhadap impor yang lebih mahal menurun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper