Bisnis.com, JAKARTA – Investor berbondong memburu dolar AS perdagangan awal pekan ini di tengah kenyataan bahwa perang dagang yang dipicu Amerika Serikat kini benar-benar terjadi.
Melansir Bloomberg, Senin (3/2/2025), minat terhadap aset safe haven dolar meningkat di Asia, sementara pasar saham kemungkinan besar akan tertekan usai Presiden Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko serta 10% terhadap produk China mulai Selasa.
Langkah ini langsung memicu ancaman balasan dari berbagai negara.
Dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama, sementara dolar Kanada jatuh ke titik terendah sejak 2003. Peso Meksiko anjlok lebih dari 2%, sedangkan dolar Australia, yang sangat sensitif terhadap dampak tarif AS terhadap China, turun sekitar 1%. Yuan offshore juga melemah sekitar 0,5%.
Sejak kampanye pemilu Trump, retorika mengenai tarif telah menjadi faktor utama yang menggerakkan pasar valuta asing. Pekan lalu, Bloomberg Dollar Spot Index mencatat kenaikan hampir 1%, kinerja terbaiknya sejak November lalu.
Saham-saham AS merosot pada Jumat, dengan perusahaan otomotif dan bisnis yang berorientasi ke pasar China menjadi yang paling terpukul. Sementara itu, pedagang obligasi kini dihadapkan pada dilema antara meningkatnya risiko pasar dan prospek inflasi yang semakin nyata.
Baca Juga
CEO Eurizon SLJ Capital Stephen Jen mengatakan dalam jangka pendek, ketegangan perdagangan akan terus meningkat karena negara-negara lain merasa terdorong secara politik untuk membalas atau meniru kebijakan AS.
"Hal ini akan semakin memperkuat dolar dan mendorong imbal hasil obligasi AS lebih tinggi,” jelasnya, seperti dikutip Bloomberg.
Di balik penguatan dolar AS, terdapat spekulasi bahwa tarif akan memperburuk tekanan inflasi dan membuat suku bunga AS tetap tinggi, sementara ekonomi luar negeri akan lebih terpukul.
Kondisi ini menjadikan dolar sebagai pilihan utama bagi investor yang mencari aset safe haven. Pelemahan mata uang asing juga terjadi seiring dengan risiko penurunan permintaan AS terhadap barang impor yang harganya meningkat akibat tarif.
Kepala analis global Mizuho Securities Shoki Omori mengatakan tren penguatan dolar AS kemungkinan akan terus berlanjut, didorong oleh tarif dan tekanan inflasi domestik, kecuali ada pernyataan dari Trump yang mengisyaratkan bahwa dolar terlalu kuat.
Sementara itu, kepala analis pasar global Corpay Karl Schamotta mengatakan pihaknya memperkirakan tekanan jual akan menghantam peso dan dolar Kanada saat sesi perdagangan Asia dibuka, meskipun masih sulit untuk menilai seberapa besar dampaknya.
"Pelaku pasar mungkin akan melalui fase penyesuaian yang sulit dalam beberapa pekan mendatang, seiring meningkatnya kesadaran bahwa kebijakan Trump harus diambil secara harfiah dan serius," jelasnya.
Sementara itu, posisi jual bersih terhadap dolar Australia telah melonjak hingga US$4,5 miliar, level tertinggi dalam hampir satu dekade. Ancaman Trump terhadap Uni Eropa juga dapat melemahkan euro, dengan potensi mencapai paritas dengan dolar AS secepatnya pada Maret, menurut Mizuho EMEA.