Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Layangkan Protes ke WTO Soal Kebijakan Tarif Trump

China mengajukan keluhan kepada WTO terhadap tarif impor 10% yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration
Ilustrasi bendera China dan Amerika Serikat (AS). / Reuters-Dado Ruvic-illustration

Bisnis.com, JAKARTA - China mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) terhadap tarif baru 10% yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump atas impor China.

Melansir Reuters pada Kamis (6/2/2025), protes tersebut juga dilayangkan atas dasar pembatalan pengecualian bebas bea untuk paket bernilai rendah, dengan alasan tindakan tersebut bersifat proteksionis dan melanggar aturan WTO.

Permintaan Beijing untuk konsultasi perdagangan AS muncul saat kebingungan melanda di antara pengirim dan pengecer atas penutupan pengecualian "de minimis" oleh Trump untuk impor paket senilai di bawah US$800 dan banyak digunakan oleh perusahaan e-commerce termasuk Shein, Temu, dan Amazon. 

Seorang pejabat Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan mengatakan semua paket kecil dari China dan Hong Kong harus memiliki catatan bea cukai sebelum tiba dan ada kemungkinan beberapa kargo akan dikirim kembali tanpa dokumen ini.

WTO mengatakan China mengajukan permintaan konsultasi dengan AS mengenai tarif. China berpendapat dalam dokumen tersebut bahwa bea masuk baru Trump yang ditujukan untuk menghentikan aliran opioid fentanil dan bahan kimia prekursornya ke AS diberlakukan atas dasar tuduhan yang tidak berdasar dan salah mengenai China.

China mengatakan bea masuk tersebut diskriminatif, hanya berlaku untuk barang-barang asal Negeri Tirai Bambu, dan tidak konsisten dengan kewajiban AS terhadap WTO. 

Permintaan konsultasi tersebut merupakan awal dari proses sengketa yang dapat mengarah pada putusan bahwa bea masuk Trump melanggar aturan perdagangan dengan cara yang sama seperti putusan WTO 2020 yang menyatakan bahwa tarif China periode pertamanya melanggar peraturan perdagangan.

Namun, kemenangan seperti itu tidak mungkin membawa kelegaan bagi Beijing karena Badan Banding WTO sebagian besar tidak dapat beroperasi selama bertahun-tahun, karena AS telah memblokir penunjukan hakim banding karena tindakan hukum yang melampaui batas oleh badan tersebut. Hal ini telah melarang keputusan akhir dalam kasus 2020.

Sementara itu, Layanan Pos AS atau US Postal Service (USPS) mengatakan akan kembali menerima paket dari China dan Hong Kong. Langkah ini sekaligus membatalkan penangguhan sementara yang mengancam akan mengganggu jutaan impor paket setiap hari.

"Kita semua berlarian seperti ayam tanpa kepala saat ini, mencoba menebak-nebak apa yang akan terjadi," kata Martin Palmer, salah satu pendiri Hurricane Commerce, penyedia data e-commerce lintas batas. "Dan dalam waktu dua minggu kita mungkin akan kembali normal."

Pemerintahan Trump menyalahkan pengecualian bea de minimis karena mengizinkan fentanil dan bahan kimia prekursornya masuk ke AS tanpa pemeriksaan. Laporan Reuters baru-baru ini juga menemukan bahwa pengedar narkoba memanfaatkan pengecualian tersebut.

USPS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pihaknya bekerja sama dengan badan Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS untuk menerapkan mekanisme penagihan yang efisien untuk tarif baru China guna meminimalkan gangguan pada pengiriman.

Pembicaraan Trump-Xi Jinping Masih Nihil

Adapun, hingga saat ini masih belum ada panggilan telepon yang dijadwalkan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping untuk membahas tarif baru AS dan tindakan pembalasan Beijing, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut. 

Trump sebelumnya mengatakan bahwa dia tidak terburu-buru untuk berbicara dengan Xi karena tarif tersebut mulai berlaku pada Selasa (4/2/2025).

China merespons dengan tarif yang ditargetkan pada impor batu bara AS, gas alam cair, minyak mentah, dan peralatan pertanian, dan membuka penyelidikan antimonopoli terhadap Alphabet.

Peluncuran perang dagang baru tersebut mengejutkan sektor ritel dan pengiriman.

Maureen Cori, salah satu pendiri konsultan Supply Chain Compliance mengatakan, benar-benar tidak ada waktu sama sekali bagi siapa pun untuk mempersiapkan hal ini.

"Yang benar-benar kami butuhkan adalah arahan dari pemerintah tentang cara menangani hal ini tanpa peringatan atau pemberitahuan," ujarnya.

Saat ini, paket de minimis dikonsolidasikan sehingga bea cukai dapat mengurus ratusan atau ribuan pengiriman sekaligus. Tetapi, kini paket jenis tersebut akan memerlukan pengurusan individual, yang secara signifikan meningkatkan beban bagi layanan pos, broker, dan agen bea cukai, kata Cori.

Ketentuan tersebut awalnya dimaksudkan sebagai cara untuk merampingkan perdagangan, dan penggunaannya telah melonjak seiring dengan peningkatan belanja daring.

Data Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) mencatat, sekitar 1,36 miliar pengiriman memasuki Amerika Serikat menggunakan ketentuan de minimis pada 2024, naik 36% dari periode 2023. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper